TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan bersepakat bahwa olahraga, baik individu maupun kelompok, tidak hanya membantu tubuh berfungsi lebih baik, tapi juga dapat secara efektif memulihkan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.
Matt Nerger berusia 6 tahun ketika pertama kali mencoba berlatih fisik. Dia menangis selama berjam-jam menjelang pertandingan sepak bola pertamanya di kompleks Pusat Sepak Bola, di New Jersey, Amerika Serikat. Pria berusia sekitar 22 tahun itu merasakan kegelisahan, mual, dan rasa takut yang berlebihan. Nerger pun berusaha menyingkirkan semua kegelisahannya dan mencoba bersenang-senang.
"Ikatan tim dan belajar bagaimana bekerja dengan orang lain sangat penting dalam perkembangan saya menjadi dewasa. Olahraga membantu saya menghancurkan beberapa hambatan yang diciptakan kecemasan saya sendiri," kata Nerger, seperti dilansir laman Healthline, pada Kamis 13 Februari 2020.
Sejumlah peneliti di University of South Australia dan Medical School Hamburg di Jerman merilis sebuah studi yang menunjukkan bahwa olahraga dapat melindungi orang dari gangguan mental yang serius.
Studi ini menilai tingkat kecemasan dan depresi di antara 682 atlet Jerman dalam kondisi berbeda. Mereka menjalani jumlah latihan dan intensitas yang sama. Para peneliti juga mengukur faktor-faktor seperti pengaturan dalam ruangan dan di luar ruangan, serta olahraga tim dibandingkan dengan olahraga individu.
Salah seorang peneliti, Katja Siefken, mengatakan penting untuk mengenali bahwa berbagai bentuk olahraga memengaruhi kesehatan mental dengan cara berbeda. "Memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi atau mengurangi depresi dan kecemasan adalah penting, tapi sampai sekarang tidak ada bukti yang cukup perihal jenis atau jumlah optimal yang diperlukan untuk kesehatan mental," ujar pengajar di School of Health Sciences di University of South Australia itu.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang tidak berolahraga, sesuai dengan standar pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memiliki skor depresi lebih tinggi. Profesor psikiatri dan ilmu perilaku dari Stanford University, Thomas Plante, mengatakan Anda mendapatkan manfaat tak sama dari latihan kelompok maupun individu. “Biasanya, latihan kelompok membuat Anda tetap terlibat dan memberi energi, sementara latihan individu lebih kontemplatif dan mengurangi stres,” katanya.
Studi ini juga menemukan bahwa orang yang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi sering memiliki tingkat depresi lebih tinggi. Karena itu, Direktur Pendidikan YogaSix, Clifton Turner, mengatakan moderasi jenis dan intensitas latihan menjadi kunci.
"Beberapa orang condong ke arah kecenderungan obsesif dan berpikir bahwa mereka harus melakukan lebih, lebih, dan lebih banyak, tanpa disadari sebenarnya itu dapat menambah stres, baik pada tubuh fisik mereka maupun keadaan emosional mereka."
Seorang terapis keluarga di Georgia, Brent Switzer, menjelaskan bahwa otak manusia terhubung dan berfungsi dengan baik ketika melakukan banyak gerakan. Menurut dia, berolahraga selama 30 menit sehari akan memberikan dorongan suasana hati yang bagus tanpa efek samping. “Sebelum permukiman manusia pertama pada 10 ribu tahun yang lalu, manusia melakukan perjalanan rata-rata 13 mil sehari. Otak kita terhubung agar berfungsi dengan baik ketika kita banyak bergerak," ujarnya.
KORAN TEMPO