Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mendeteksi Empati Orang Dengan Autisme atau Skizofrenia

image-gnews
Ilustrasi terapi untuk anak/autisme. Shutterstock
Ilustrasi terapi untuk anak/autisme. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti di University of California-Los Angeles (UCLA) menemukan cara terbaik untuk menilai kemampuan seseorang merasakan empati. Caranya adalah mempelajari aktivitas otak saat beristirahat ketimbang saat terlibat dalam tugas tertentu.

Secara tradisional, empati dinilai melalui penggunaan kuesioner dan penilaian psikologis. "Tapi temuan penelitian ini memberikan alternatif bagi orang yang mungkin mengalami kesulitan mengisi kuesioner, seperti orang dengan penyakit mental atau autisme," kata Marco Iacoboni, profesor ilmu psikiatri dan ilmu biobehavioral di David Geffen School of Medicine di UCLA.

Menurut Iacoboni, menilai empati sering menjadi hal yang paling sulit dalam populasi yang paling membutuhkannya. Empati adalah landasan kesehatan mental dan kesejahteraan.

"Mempromosikan perilaku sosial dan kooperatif melalui kepedulian kita terhadap orang lain, juga membantu kita menyimpulkan serta memprediksi perasaan, perilaku, dan niat internal orang lain," ujar dia.

Iacoboni sudah lama mempelajari empati pada manusia. Penelitian sebelumnya melibatkan pengujian empati pada orang yang mengalami dilema moral atau menyaksikan seseorang kesakitan.

Dalam studi ini, yang diterbitkan dalam Frontiers in Integrative Neuroscience, dua pekan lalu, peneliti merekrut 58 peserta pria dan wanita berusia 18-35 tahun.

Data aktivitas otak yang istirahat dikumpulkan menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional atau fMRI—teknik non-invasif untuk mengukur dan memetakan aktivitas otak melalui perubahan kecil dalam aliran darah. Peserta kemudian diminta untuk membiarkan pikiran mereka berkeliaran sambil menjaga mata mereka tetap diam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah itu, para peserta mengisi kuesioner yang dirancang untuk mengukur empati. Para peneliti ingin mengukur seberapa akurat mereka dapat memprediksi disposisi empati peserta, yang ditandai sebagai kesediaan dan kemampuan untuk memahami situasi orang lain, dengan menganalisis pemindaian otak.

Prediksi dibuat dengan melihat aktivitas istirahat di jaringan otak tertentu, yang dalam penelitian sebelumnya ditunjukkan sebagai sesuatu yang penting untuk empati. Para peneliti juga menggunakan kecerdasan buatan yang disebut pembelajaran mesin, yang dapat mengambil pola-pola halus dalam data yang mungkin tidak dianalisis oleh data yang lebih tradisional.

"Kami menemukan bahwa bahkan ketika tidak terlibat langsung dalam tugas yang melibatkan empati, aktivitas otak dalam jaringan ini dapat mengungkapkan disposisi empati orang," kata Iacoboni. Yang menarik dalam penelitian ini, menurut Iacoboni, adalah MRI membantu peneliti memprediksi hasil kuesioner tiap peserta.

Temuan ini dapat membantu profesional perawatan kesehatan menilai empati lebih baik pada orang dengan autisme atau skizofrenia, yang mungkin mengalami kesulitan mengisi kuesioner atau mengekspresikan emosi. "Orang dengan kondisi ini dianggap kurang berempati," ujar dia.

KORAN TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


6 Faktor Meningkatkan Risiko Seseorang Autisme, Apa Itu Spektrum Autisme?

16 hari lalu

Hari Autis Internasional Seorang anak penderita autisme merangkai manik-manik untuk di jadikan gelang pada kampanye kegiatan Hari Peduli Autis Internasional di Anjungan Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, 2 April 2017. ANTARA
6 Faktor Meningkatkan Risiko Seseorang Autisme, Apa Itu Spektrum Autisme?

Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme merupakan gangguan perkembangan saraf.


Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

16 hari lalu

Seorang pengunjung melihat sejumlah lukisan karya penyandang autisme saat pameran karya seni Art for Autism di Atrium Grand City, Surabaya, Selasa (2/4). Pameran untuk memperingati Hari Autisme Sedunia  ini sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap penyandang autisme dan juga sebagai kampanye menolak diskriminasi terhadap penyandang autisme. TEMPO/Fully Syafi
Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April untuk meningkatkan kesadaran tentang Gangguan Spektrum Autisme (ASD)


Pakar Sebut Anak dengan Spektrum Autisme Juga Bisa Sukses

17 hari lalu

Instruktur selancar menemani anak-anak yang berpartisipasi dalam program Surftismo, terapi alternatif untuk anak-anak dengan diagnosis gangguan spektrum autisme dengan menggunakan selancar, di Chiltiupan, El Salvador 14 Agustus 2022. REUTERS/Jose Cabezas
Pakar Sebut Anak dengan Spektrum Autisme Juga Bisa Sukses

Anak dengan spektrum autisme dapat didukung potensinya hingga menjadi orang hebat. Berikut penjelasan pakar.


Hari Peduli Autisme Sedunia, Bedakan Anak Autisme dengan Hiperaktif

17 hari lalu

Ilustrasi terapi untuk anak/autisme. Shutterstock
Hari Peduli Autisme Sedunia, Bedakan Anak Autisme dengan Hiperaktif

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April dan masyarakat perlu membedakan gejala autisme dengan hiperaktif.


Kemanusiaan Dalam Proses Pendidikan, Belajar Gaya Antropomorfisme dan Empati

29 hari lalu

Seorang wanita memeriksa tanaman anggrek di atap rumahnya di kawasan Matraman, Jakarta, Selasa, 4 Januari 2022. Pemanfaatan atap rumah (rooftop) menjadi solusi untuk bercocok tanam di tengah minimnya lahan terbuka di Jakarta. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Kemanusiaan Dalam Proses Pendidikan, Belajar Gaya Antropomorfisme dan Empati

Mickey Mouse atau dalam bentuk objek mati yang dihidupkan seperti buku cerita yang berbicara merupakan satu contoh antropomorfisme dan empati.


Mengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya

31 hari lalu

Ilustrasi berkebun. Freepik.com/Senivpetro
Mengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya

Antropomorfisme memiliki arti pengenalan ciri-ciri manusia hingga empati kepada binatang, tumbuh-tumbuhan, atau benda mati.


Tallulah Willis, Putri Bruce Willis dan Demi Moore Didiagnosis Mengidap Autisme

32 hari lalu

Tallulah Willis. Instagram.com/@buuski
Tallulah Willis, Putri Bruce Willis dan Demi Moore Didiagnosis Mengidap Autisme

Tallulah Willis mengungkapkan diagnosis autisme melalui video masa kecilnya dengan Bruce Willis


Begini Dua Mahasiswi Ini Bandingkan Kelas dan Skema IUP di QUT dan Unair

37 hari lalu

Queensland University of Technology, Australia. Gotoaustralia.com.au
Begini Dua Mahasiswi Ini Bandingkan Kelas dan Skema IUP di QUT dan Unair

Keduanya adalah mahasiswa International Undergraduate Program (IUP) Psikologi Universitas Airlangga (Unair).


Polisi Tetap Proses Hukum Ibu Bunuh Anak di Bekasi Meski Pelaku Terindikasi Skizofrenia

40 hari lalu

Ilustrasi pembunuhan menggunakan senjata tajam. shutterstock.com
Polisi Tetap Proses Hukum Ibu Bunuh Anak di Bekasi Meski Pelaku Terindikasi Skizofrenia

Polisi pastikan proses hukum kasus ibu bunuh anak di Bekasi tetap dilanjutkan, meski pelaku terindikasi mengidap penyakit jiwa skizofrenia.


Polisi Sebut Ibu Pembunuh Anak Terindikasi Skizofrenia, Gangguan Mental Macam Apa?

40 hari lalu

12_iptek_ilustrasiSkizofrenia
Polisi Sebut Ibu Pembunuh Anak Terindikasi Skizofrenia, Gangguan Mental Macam Apa?

Skizofrenia memiliki korelasi pada tindakan-tindakan tragis, seperti pembunuhan. Polisi sebut ibu pembunuh anak di Bekasi Utara pun terindikasi itu.