TEMPO.CO, Jakarta - Status pandemi dari virus corona 2019 atau Covid-19 semakin membuat masyarakat tak tenang. Jelas saja, ini membuktikan bahwa penyebaran virus sangat cepat dari kontak erat dengan pasien melalui percikan air liur.
Sejak terjadi di Wuhan, Cina pada akhir Desember 2020, kini virus corona pun telah menjangkiti lebih dari 100 negara. Adapun total pasiennya telah mencapai lebih dari 124 ribu kasus dengan 65 ribu pasien sembuh dan 4 ribu diantaranya meninggal dunia.
Meski demikian, Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Santoso (RSPI SS) Mohammad Syahril mengimbau agar masyarakat tidak kalut dengan kondisi tersebut. Sebab pertama, angka kematian sangat minim dibandingkan dengan akan kesembuhan.
“Walaupun virus ini cepat menyerang, tapi masyarakat harus paham bahwa angka kematiannya hanya 2-3 persen saja,” katanya dalam acara Konferensi Pers Pencegahan Covid-19 di Jakarta pada Jumat, 13 Maret 2020.
Terlebih, berkaca pada kasus kematian di Indonesia oleh pasien positif corona, mereka meninggal bukan karena Covid-19, melainkan penyakit penyerta yang telah diidap sebelumnya. “Pasien nomor 25 kemarin meninggal itu bukan karena corona tapi dia sudah ada diabetes dan hipertensi,” katanya.
Terakhir dan tak kalah penting, Covid-19 bisa sembuh sendiri. Sebab, Syahril mengatakan bahwa penyakit ini digolongkan sebagai self healing disease. Syaratnya, daya tahan tubuh si pasien harus bagus untuk melawan virus.
“Masyarakat harus paham bahwa penyakit ini bisa sembuh sendiri kalau imunitas kita tinggi. Itulah mengapa kalau lihat di data, angka kesembuhan berbanding terbalik dengan kematian. Jangan pusing dengan yang meninggal, tapi bagaimana membekali diri dengan imunitas agar pasien sembuh,” katanya yang terus mengingatkan masyarakat untuk sering mencuci tangan.