TEMPO.CO, Jakarta - Wabah virus corona tidak hanya mengkhawatirkan orang dewasa namun juga anak-anak. Sebab, bayi sekalipun bisa mengidap penyakit ini. Tentu sebagai orang tua tidak ingin hal tersebut terjadi, bukan? Tak heran banyak orang tua yang ingin segera memeriksakan anak mereka kepada para tenaga medis.
Dokter konsultan infeksi dan penyakit tropis anak Anggraini Alam pun menenangkan orang tua dengan mengatakan bahwa tidak semua anak perlu diperiksa. Walau begitu, ada tanda yang perlu diwaspadai orang tua jika anak benar-benar berisiko COVID-19. Salah satu diantaranya adalah riwayat anak dari luar negeri.
Anggraini menjelaskan bahwa berlibur kala pandemi virus corona dapat meningkatkan kemungkinan anak terjangkit virus corona. Terlebih jika selama 14 hari pasca berlibur, anak mengalami beberapa gejala virus corona. “Misalnya anak batuk, pilek, sampai sesak nafas itu baru diperiksa,” katanya dalam acara COVID-19 Pada Anak, Kamis, 19 Maret 2020.
Tanda lainnya yang patut dipahami yakni apakah anak pernah melakukan kontak erat dengan pasien positif corona atau tidak. Sebab, COVID-19 memang bisa datang tanpa gejala. “Kalau sudah ada kontak erat sebelumnya, selama 14 hari itu harus diperiksa karena anak berisiko untuk tertular juga. Karena COVID-19 penyebarannya lewat percikan air liur, bisa saja sedang ngobrol dan kena,” katanya.
Apabila kedua hal ini memang telah melakukan kegiatan itu, orang tua pun diperbolehkan memeriksakan anak melalui tes swab tenggorok. Bagi anak berusia 15 tahun, tes swab dilakukan dengan mengambil spesimen dari hidung hingga dinding saluran nafas belakang. “Kalau anak yang lebih kecil sampai bayi lewat daerah faring hingga tenggorok,” katanya.