TEMPO.CO, Jakarta - Edukasi dan contoh yang benar pada masyarakat diharapkan membuat mereka sadar dan mau menerima pemakaman jenazah corona. Psikolog Dompet Dhuafa, Maya Sita Darlina, menyebutkan warga membutuhkan edukasi secara ilmiah tentang penanganan jenazah yang meninggal akibat COVID-19 dan contoh penanganan yang benar sehingga tidak terjadi penolakan.
"Jadi, fenomena penolakan warga atas pemakaman jenazah ini perlu segera diatasi dengan edukasi secara ilmiah," kata Maya.
Ia menyebutkan penolakan berawal dari banyaknya berita negatif di media tentang bahaya penularan COVID-19 yang semakin masif di masyarakat.
"Sayangnya, sebagian masyarakat lebih dipengaruhi oleh berita negatif ini. Kalaupun ada berita positif, masyarakat telanjur terdistorsi. Jadi, yang masuk ke kepala hanya kengerian," katanya.
Di tengah serangan berita-berita negatif yang banyak dikonsumsi masyarakat itu muncul kebingungan dan kepanikan serta perasaan merasa tak berdaya dengan kondisi yang tengah dihadapi.
"Ini bisa terjadi pada sebagian orang atau juga kelompok masyarakat," katanya.
Di tengah kebingungan tersebut akhirnya masyarakat membuat analisis tentang virus berdasarkan pengetahuan sendiri yang masih awam. Penolakan terhadap jenazah korban COVID-19 mereka ambil sebagai upaya perlindungan bagi kelompok masyarakat itu sendiri di tengah ketidaktahuan tentang cara penanganan jenazah secara benar agar tidak terjadi penularan.
"Ketika ketakutan, kengerian, kepanikan melanda banyak orang, meski itu dilatarbelakangi informasi yang tidak seluruhnya akurat, maka dapat dipahami jika kemudian muncul ketakutan massal. Semua yang berhubungan COVID-19 ditolak, termasuk penolakan pemakaman jenazah," katanya.
Oleh karena itu, edukasi tentang penanganan yang tepat terhadap pemakaman jenazah korban virus corona perlu diberikan kepada masyarakat.
"Setelah ada edukasi dari para ahli, kemudian mereka perlu sekaligus memberikan contoh dengan mempraktikkan cara pemakaman yang benar dan aman sehingga tidak terjadi penularan," katanya.