TEMPO.CO, Jakarta - Selama wabah virus corona, perilaku hidup bersih lewat mencuci tangan dengan air dan sabun sangat dianjurkan. Imbauan cuci tangan dari pemerintah dan Organiasi Kesehatan Dunia (WHO) ini terbukti efektif mencegah masyarakat dari paparan mikroorganisme.
Walau begitu, perlu diketahui mencuci tangan tidak boleh dikerjakan secara berlebihan. Sebab, cuci tangan berlebihan bisa
menimbulkan masalah kesehatan baru berupa eksim pada kulit tangan atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan dermatitis atopik.
Dokter spesialis kulit dan kelamin di RS Carolus Salemba Sutardi Santosa pun menjelaskan bagaimana eksim terjadi. Ia mengatakan bahwa pada dasarnya hal tersebut dikaitkan dengan frekuensi cuci tangan dan kulit kering.
“Ketika kita menggunakan sabun untuk mencuci tangan, zat kimianya bisa merusak jaringan kulit sehingga membuat kulit kering. Jika dibiarkan, akan menimbulkan bercak kemerahan, gatal, pecah-pecah mengelupas bahkan mengeluarkan cairan. Ini disebut eksim,” katanya saat ditemui Tempo.co pada 18 April 2020.
Tentu tidak ada yang ingin mengalami hal tersebut, bukan? Untuk itu, Sutardi pun mengimbau agar setiap orang mencuci tangan seperlunya. “Misalnya saat setelah bepergian ke luar rumah atau mau makan, ini boleh mencuci tangan. Bukan sejam sekali atau sebentar-sebentar cuci tangan,” katanya.
Ia pun menyarankan agar masyarakat lebih menggunakan air dingin untuk mencuci tangan. Sebab, air dingin bisa menjaga elastisitas kulit. “Jangan pakai air hangat. Karena dia lebih memudahkan kulit kering dan meningkatkan risiko eksim. Lebih baik pilih air biasa saja kalau mau cuci tangan,” katanya.
Sabun pun tidak dianjurkan yang berbahan antibakteri. Meski sering dikatakan ampuh melawan virus, zat kimianya pun bisa mempercepat kulit kering. “Sabun biasa sudah cukup membunuh bakteri, tidak perlu yang antibakteri karena terlalu keras untuk kulit. Kalau yang sensitif, bisa pakai sabun bayi,” katanya.