TEMPO.CO, Jakarta - Bagi orang dewasa, puasa Ramadan mungkin tak terlalu sulit dilakukan. Namun, tidak begitu bagi anak-anak.
Meski demikian, anak-anak harus mulai diajarkan untuk berpuasa setidaknya di usia 6 tahun. Tidak dadakan, melainkan dengan proses secara bertahap.
Seperti yang dikatakan dr. Caessar Pronocitro, spesialis anak dari Rumah Sakit Pondok Indah, sebelum memasuki Ramadan sebaiknya para orang tua melatih anak berpuasa dengan durasi yang pendek, kemudian pelan-pelan diperpanjang sendiri dengan kemampuan anak. Namun, yang terpenting dalam melatih puasa anak saat Ramadan yakni kecukupan nutrisi.
"Jadi, berpuasa itu bukan berarti mengurangi asupan dari nutrisi ataupun cairan tetapi dipenuhi dengan pengaturan waktu yang berbeda," ujarnya.
Nutrisi yang perlu dipenuhi termasuk vitamin D. Diketahui vitamin D sangat baik untuk membentuk imunitas tubuh agar terhindar dari penyakit, terutama virus corona yang saat ini tengah menyerang Indonesia. Cara mudah mendapatkan vitamin D yakni dengan berjemur.
Para orang tua perlu memperhatikan tanda-tanda dehidrasi yang kemungkinan terjadi pada anak selama bulan puasa, apalagi ditambah dengan aktivitas berjemur diri. Caessar menjelaskan anak yang mulai dehidrasi biasanya tampak lemas, kemudian matanya terlihat cekung, bibir mulai kering, hingga frekuensi buang air kecil yang mulai berkurang.
Oleh karena itu, kebutuhan cairan yang cukup, yakni 1 liter air dalam sehari harus dipenuhi saat sahur dan berbuka puasa.