TEMPO.CO, Jakarta - Selalu menjaga jarak fisik dan tetap di rumah saja merupakan langkah yang efektif untuk menghambat meluasnya pandemi COVID-19. Namun, bekerja dari rumah atau WFH memberikan dampak yang cukup besar pada kesehatan mental.
Sudah lebih dari sebulan bekerja dari rumah diberlakukan dengan kondisi dan situasi yang monoton di rumah. Ditambah berubahnya aktivitas interaksi dalam mode digital yang membuat kita semakin akrab dengan gawai.
Awareness Transfiguration Facilitator dan Psychotherapist Ferry Fibriandani mengatakan cara komunikasi bisa tergantikan melalui virtual dan menjadi alternatif selama WFH. Namun tak dipungkiri WFH bisa menimbulkan stres dan frustasi.
"Mulai dari gap komunikasi karena 80 persen lebih nonverbal communication, bias antara waktu kerja serta agresi pada ruang personal, dan kurang gerak lantaran kerap duduk di depan layar laptop," jelas Ferry.
Belum lagi, lebih mudah merasa terjebak, kesepian, terasing, hingga depresi di rumah karena opsi bersosialisasi yang terbatas dan terpaksa berhenti berkegiatan yang menjadi bagian dari hidup sehari-hari sebelum pandemi, seperti berolahraga, ngopi, nonton, belanja di mal, dan masih banyak lagi.
"Tak urung masalah tersebut menimbulkan cemas dan kekhawatiran terkait kondisi keuangan dan masa depan perusahaan atau usaha yang akan memberi dampak secara langsung," ucap pendiri Rumah Remedi ini.
Selama masa di rumah saja tidak hanya masalah personal tetapi juga ada anggota keluarga lain, distraksi dari anggota keluarga seperti anak, orang tua, pasangan, yang membutuhkan perhatian lebih, seperti mendampingi aktivitas sekolah virtual, merawat orang tua yang sakit, memasak dan mengurus rumah tangga.
Memang, keinginan untuk butuh keluar rumah karena stres dan frustasi berada dalam rumah, apalagi sudah lebih dari satu bulan memang cukup mempengaruhi pikiran. Terlebih bila Anda seorang ekstrovert, yang memperoleh energi dari luar saat sedang bersosialisasi.
Salah satu solusi menghadapi ini adalah menggunakan teknik Reframing, memandang dari sudut pandang berbeda yang lebih memberdayakan. Berikut tips yang bisa perlahan dilakukan.
Kondisi darurat
Menanamkan kembali bahwa kondisi ini sangat darurat. Keberadaan kita saat melakukan menjaga jarak fisik adalah memutuskan rantai penyebaran virus, menolong diri sendiri dan orang lain.
Semua mengalami hal yang sama
Menanamkan kembali kesadaran bahwa orang yang ingin kita jumpai pun mengalami kondisi yang sama. Mereka sama-sama dalam kondisi physical distancing demi kebaikan diri dan khalayak ramai. Apalagi jika yang ingin dikunjungi adalah orang yang lebih tua atau memiliki potensi yang lebih riskan apabila terpapar virus. Bantu mereka dengan menjaga jarak fisik dan sosial.
Fokus pada hal yang bisa dikontrol
Kondisi ini membuat kita tidak tahan, namun akan senantiasa berat apabila menghadapi situasi yang di luar kontrol. Kita bisa fokus pada apa yang bisa dikontrol.
Mencoba aktivitas baru
Saat ini kesempatan yang baik untuk memulai belajar keluar dari zona nyaman. Mulai menggali kreativitas untuk mencari aktivitas unik, seru, dan menghibur atau belajar hal baru yang selama ini tidak sempat dilakukan. Misal, belajar memasak, melukis, keterampilan perangkat lunak baru, meracik kopi, menulis jurnal, serta buku, bisa membantu menjadi kompetensi atau keterampilan baru saat kondisi ini selesai.
Beralih ke platform online
Bosan, tidak bisa keluar rumah dan bertemu teman-teman. Kita bisa mulai mengalihkan aspek sosial ke dunia maya. Banyak sekali aplikasi pertemuan video dan rapat online yang bisa dipakai. Arisan dan ngopi online bareng di rumah masing-masing, namun ngobrol dan bercanda dengan teman tetap bisa terjalin. Kegiatan olahraga bareng, misal sesi live untuk yoga atau senam bersama teman-teman.
Hias kamar
Coba untuk tidak di satu lokasi yang sama. Cobalah di sudut-sudut yang berbeda. Hiasi sudut kamar dengan hiasan agar terlihat cantik saat konferensi video, dan paling penting membahagiakan diri.
"Banyak hal yang bisa dilakukan, namun keterampilan reframing, melihat dari sudut pandang berbeda dan memilih respons berbeda akan membantu kita," papar Ferry.
EKA WAHYU