TEMPO.CO, Jakarta - Disleksia adalah perbedaan proses belajar yang membuat penyandangnya mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan/atau mengeja. Sekolah dapat menjadi mimpi buruk bagi anak-anak dengan disleksia. Tanpa disadari, seorang anak dengan kesulitan belajar sering merasa tidak diinginkan di sekolah.
Anak yang mengalami kesulitan belajar seperti disleksia seringkali menjadi frustasi dan tidak dapat mengikuti proses belajar di sekolah karena masalah dalam membaca, mengeja, dan menulis. Bahkan, di era sistem pendidikan modern, banyak juga pihak yang menuding orang disleksia sebagai orang bodoh atau malas.
Berdasarkan data Dyslexia Association of Singapore (DAS), diperkirakan ada sekitar 10 persen dari total populasi dunia menderita disleksia sehingga tidak jarang kita akan menemui anak-anak yang mengalami kesulitan belajar akibat disleksia. Anak-anak dengan disleksia mungkin lemah dalam proses mempelajari tata bahasa, memori, dan mengurutkan suatu rangkaian.
Disleksia dapat dikenali dengan tanda-tanda sebagai berikut, kesulitan membedakan huruf yang mirip seperti b/d atau p/q, kesulitan mengurutkan huruf menjadi rangkaian kata, menafsirkan "pesawat" sebagai "sepawat" atau "buku" sebagai "kubu.”
Selain itu, terjadi juga kasus pengurangan huruf dalam kata-kata, seperti membaca "terbang" sebagai "terang". Beberapa tanda lain termasuk tulisan tangan yang berantakan dan pengurangan huruf atau kalimat ketika membaca naskah.
Meski begitu, disleksia tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Seperti anak-anak lain, anak-anak dengan disleksia memiliki kekuatan dan kelemahan yang unik. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam pengembangan tata bahasa tetapi sangat berbakat di bidang lain.
Sebagai contoh, seorang anak dengan disleksia dapat memiliki kesulitan untuk menulis dan membaca kata-kata sederhana tetapi sangat pandai dalam musik, olahraga, atau seni. Menurut DAS, orang tua dan edukator memiliki peran penting dalam proses belajar anak-anak dengan disleksia.
DAS adalah organisasi layanan sosial yang aktif menyediakan beragam layanan untuk individu yang menyandang disleksia di Singapura dan kawasan sekitar. Berikut beberapa metode yang disarankan oleh DAS untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan menemukan talenta anak-anak dengan disleksia.
Mengajar dengan kreatif
Saat berinteraksi dengan anak, gunakan bahasa yang jelas dan sederhana dan hindari penggunaan kata-kata yang sulit. Lakukan kegiatan yang melibatkan berbagai panca indera seperti indera penglihatan, pendengaran, kinestetik, sentuhan, guna membantu perkembangan anak
Membaca buku
Aktivitas menyenangkan yang dapat dilakukan bersama anak-anak adalah membaca buku. Selain meningkatkan kosakata, kegiatan ini dapat membantu membuat model kalimat, bentuk kalimat, dan fonetik.
Membantu untuk fokus
Beberapa anak mungkin menghadapi kesulitan dalam menghafal, berpikir adaptif, dan mengendalikan diri. Untuk itu, dukung proses belajar dengan memberikan alat bantu visual, menyalakan musik latar untuk mengurangi gangguan, dan melatih fokus dengan meditasi.
Selalu libatkan mereka
Beri kesempatan untuk bertanggung jawab dalam proses belajar. Ini dapat dilakukan dengan melibatkan mereka dan menjadikan peserta aktif. Selain itu, tantang mereka di bidang-bidang di mana mereka memiliki potensi agar kita dapat menemukan dan mengembangkan talenta.
Jadilah teman yang baik
Mulailah percakapan yang bermakna. Anda juga dapat memotivasi mereka dengan menetapkan tujuan yang realistis dalam mengembangkan minat. Tawarkan bantuan kepada anak sambil mengajarkan tanggung jawab secara bertahap agar dapat memperoleh pembelajaran dan pengembangan yang lebih besar.
Selain berbagai metode di atas, ingatlah bahwa setiap anak berbeda. Untuk itu, penting untuk menyadari tantangan setiap anak, meluangkan waktu, dan berupaya dalam menemukan talenta mereka.