TEMPO.CO, Jakarta - Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) bisa disembuhkan asal si penderita tidak stres. Hal ini disampaikan dr. Kaka Renaldi, spesialis penyakit dalam dari RS Islam Jakarta.
"Hindari stres. Selama stres enggak akan bisa," ujarnya.
Stres menjadi hal utama yang harus dihindari para penderita naiknya asam lambung atau GERD selain rokok dan kopi. Stres dipicu oleh banyak hal.
Terkadang, stres tersebut dipicu dari kebiasaan pasien yang melakukan penelusuran tentang penyakit yang dideritanya melalui internet tanpa berkonsultasi dengan dokter. Dia membaca mengenai pantangan bagi penderita GERD hingga akhirnya depresi.
Padahal, penderita GERD bebas mengonsumsi apa saja, kecuali kopi, air kelapa, alkohol, dan rokok, yang memicu produksi asam lambung.
Baca Juga:
Selain itu, Kaka menuturkan GERD juga sering menimbulkan kepanikan bagi para penderitanya. "Kalau panik, susah disembuhkan," imbuhnya.
Oleh karena itu, dalam menangani pasien GERD yang sudah terserang gejala kepanikan, Kaka kerap melibatkan psikiater. Penderita harus diajak berpikir rasional dan dipastikan bahwa GERD tidak menimbulkan kematian, kecuali ada penyakit lain.
Penderita GERD juga disarankan melakukan endoskopi agar kepanikan atas penyakit yang dideritanya hilang. Endoskopi diperlukan untuk mengetahui kondisi lambung. Di sisi lain, Kaka sering menyarankan kepada pasiennya untuk melakukan terapi pernapasan saat panik menyerang.
"Tarik napas dalam 5 detik, tahan 5 detik, buang pelan-pelan 5 detik. Jangan lupa minum air putih yang banyak," tuturnya.
Untuk membantu penyembuhan, pasien GERD juga harus menerapkan pola hidup sehat dan mengurangi berat badan secara kontinyu apabila mengalami obesitas.