TEMPO.CO, Jakarta - Setiap orang tentu ingin menjalin hubungan yang lebih serius ke jenjang pernikahan. Hal itu pula yang dialami oleh pasangan usia muda. Dengan segala persiapan yang dimiliki, tak jarang remaja di usia belasan tahun bersikeras untuk menjalani bahtera rumah tangga.
Menanggapi hal ini, Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan edukasi perlu senantiasa disampaikan. Ada beberapa cara untuk membuat para remaja berpikir ulang untuk menikah agar benar-benar yakin dengan keputusannya. Pertama, mereka harus tahu di usia yang terlalu muda, kehamilan akan menjadi sangat berisiko.
“Dalam usia yang masih belasan tahun, rahim remaja masih belum siap menerima janin sehingga sangat rentan bayi lahir prematur ataupun mengalami kecacatan,” kata dokter spesialis obstetri & ginekologi itu dalam telekonferensi di Jakarta pada 4 Mei 2020.
Pasangan yang memutuskan untuk menikah di usia yang terlalu muda juga harus memastikan kondisi finansial sebab umumnya pada usia tersebut, mereka masih belum bekerja atau jika sudah, gaji yang diterima belum cukup besar.
“Menikah bukan lagi tentang memperkaya diri sendiri tapi memperhatikan anggota keluarga juga. Sudah siapkah secara materil?" ujarnya.
Secara psikologis pun mereka harus siap. Dalam arti, mereka mengerti tugas dan tanggung jawab sebagai suami istri.
“Kalau ada masalah antara satu dan lainnya, harus bisa menyelesaikannya dengan baik layaknya pasutri. Anda juga harus bisa memperjuangkan hubungan dalam keadaan apapun karena menikah adalah pilihan,” tuturnya.
Dari ketiga kriteria tersebut, Hasto berharap agar pasangan yang ingin menikah muda sudah memahami dan memenuhi seluruhnya.
“Kalau belum, jangan dipaksakan. Cara benar untuk menunjukkan rasa sayang kepada pasangan bisa dibuktikan dari pengelolaan emosi dengan baik, seperti menerima kondisi yang memang belum tepat untuk menikah,” tuturnya.