TEMPO.CO, Jakarta - Hampir menyentuh pertengahan tahun 2020, cuaca di Indonesia semakin tidak menentu. Sesekali panas terik, kadang berganti menjadi hujan deras. Sayangnya, kedua kondisi ini bisa meningkatkan perkembangbiakan nyamuk. Tentunya, ini menjadi tidak nyaman karena selama di rumah saja untuk menjaga diri dari risiko virus corona, tubuh bisa gatal dan kemerahan.
Namun, lebih dari itu apakah nyamuk juga bisa membawa virus corona? Menjawab keresahan masyarakat akan hal tersebut, profesor mikrobiologi di Universitas Regina, Andrew Cameron, tak membenarkannya.
“Nyamuk mungkin membawa Ebola, demam berdarah, dan malaria, namun berdasarkan keterangan WHO, belum ditemukan bukti bahwa nyamuk bisa membawa virus corona juga,” katanya, seperti dilansir dari situs The Conversation.
Ada alasan mendasar mengapa nyamuk mungkin tak bisa membawa virus corona. Menurut Cameron, nyamuk umumnya menjangkiti para targetnya lewat darah.
“Sedangkan kita tahu bahwa corona lebih dominan terjadi pada saluran pernapasan dan paru-paru,” ujarnya.
Mendukung pernyataan tersebut, situs MPR News juga mengabarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat juga mengungkapkan jika sampai saat ini belum ada data terkait nyamuk dan penyebaran virus corona.
Namun, yang pasti, Covid-19 umumnya ditularkan dari manusia ke manusia. Untuk alasan tersebut, profesor rekanan klinis dan ilmuwan Rumah Sakit Umum di Universitas Sydney, Cameron Webb, mengatakan cara teraman untuk mencegah penyebaran virus corona adalah menerapkan jarak sosial.
“Hindari berkontak langsung dengan orang-orang. Cuci tangan jika diperlukan dan selalu tutup area hidung dan mulut dengan masker agar droplets (percikan air liur) tidak masuk ke dalam tubuh,” tuturnya.