TEMPO.CO, Jakarta - Dunia saat ini tengah berlangsung pandemi Covid-19. Jutaan manusia di seluruh dunia telah dinyatakan positif Covid-19 yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan bernapas, flek di paru-paru, demam, dan pilek ini.
"Kenyataannya, saat ini kita tidak hanya mengalami satu pandemi saya, tapi tiga, yakni pandemi tembakau, penyakit tidak menular, dan Covid-19," kata Wakil Direktur Regional, The Union Asia Pasific, Tara Singh Bam dalam konferensi webinar se-Asia Pasifik yang digelar pada Selasa, 12 Mei 2020. Union adalah lembaga internasional yang berdiri seratus tahun lalu di Paris oleh perwakilan 31 negara untuk melawan tuberculosis.
Konferensi ini diadakan oleh Union, Aliansi Kota-kota se-Asia Pasifi untuk Pengendalian Tembakau dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular, dan Aliansi Parlemen se-Asia Pasific untuk Pengendalian Tembakau dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Konferensi ini diadakan untuk meningkatkan kesadaran pemerintah di Asia Pasifik tentang hubungan yang berkelindan antara konsumsi tembakau dan Covid-19.
Petugas medis mengoperasikan fasilitas baru inkubator untuk pasien bayi yang terinfeksi virus corona (COVID-19) di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Kamis 30 April 2020. Kapasitas ruangan untuk penanganan pasien corona RS tersebut bertambah dari sebelumnya dilakukan di tiga lantai Gedung Kiara (lantai 1, 2, dan 6) menjadi empat lantai dengan tambahan di lantai 4. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Tara menjelaskan, tiga pandemi yang saat ini tengah berlangsung itu. Menurut dia, konsumsi tembakau telah menyebabkan korban jiwa yang terus meningkat di seluruh dunia. Empat tahun lalu, korban meninggal karena konsumsi tembakau sebanyak 7 juta jiwa di seluruh dunia. "Sekarang, naik menjadi 8 juta jiwa per tahun korban yang meninggal karena konsumsi produk tembakau," katanya.
Adapun pandemi Penyakit Tidak Menular, telah membunuh sebanyak 41 juta jiwa setiap tahun. Sedangkan pandemi Covid-19, dari catatan WHO hingga 11 Mei 2020, telah merenggut nyawa sebanyak 287 ribu orang.
Pria berkebangsaan Nepal ini menuturkan, pandemi tembakau dipengaruhi oleh lingkungan dan kebijakan, misalnya harga rokok yang murah, kemasan rokok yang atraktif, dan campur tangan industri tembakau yang kuat. Adapun pandemi penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes, dan penyakit pernapasan kronis.
Tara mewanti-wanti, para perokok dan pengguna rokok elektronik amat tinggi risiko komplikasi penyakitnya jika ia positif Covid-19. "Plus seseorang itu juga mengidap penyakit tidak menular, maka peluang untuk sembuhnya amat kecil dan risiko kematiannya paling tinggi," kata Tara. a
Melihat fakta ini, menurut Tara, harus ada aksi cepat pemerintah atau para pemangku kebijakan untuk bertindak sigap mengatasi tiga pandemi ini. "Tiga pandemi dalamsatu waktu tidak main-main, tidak bisa ditunda lagi harus ada aksi nyata jika tidak ingin penduduk bumi terus berkurang karena wabah," kata dia.