TEMPO.CO, Jakarta - Para penderita lupus diimbau untuk lebih berhati-hati dan menjaga diri kala wabah virus corona ini. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan penderita lupus yang dalam proses pengobatan akan lebih berisiko terjangkit COVID-19 karena sistem kekebalan tubuh menurun akibat konsumsi obat.
"Umumnya, obat-obatan lupus itu sifatnya imunosupresi, artinya berpengaruh terhadap menurunnya daya tahan tubuh," kata konsultan alergi imunologi anak sekaligus anggota IDAI, Dr. Reni Ghrahani Dewi Majangsari.
Namun, secara umum kondisi tersebut tidak hanya berpotensi terjadi terhadap penularan virus corona penyebab COVID-19 tetapi juga penyakit lain mudah menyerang penderita sebab sistem kekebalan tubuhnya menurun.
"Sehingga memang akan lebih berisiko terhadap penyakit apapun, bukan hanya COVID-19," katanya.
Oleh sebab itu, pencegahan penyakit atau orang dengan lupus harus lebih hati-hati. Apalagi, para penderita lupus yang sedang melakukan terapi harus ekstra dalam mencegah infeksi.
Beberapa langkah atau antisipasi dini yang bisa dilakukan di antaranya cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menggunakan masker, menjaga jarak fisik, sebab penyakit ini lebih berisiko terkena COVID-19, termasuk penyakit lain. Umumnya, para dokter akan menganjurkan para penderita lupus untuk kontrol apabila ada gejala kedaruratan.
Selain itu, konsumsi obat juga harus selalu teratur dan diingatkan tidak boleh menaikkan atau mengurangi dosis obat sendiri tanpa konsultasi dokter.
"Bagi penderita yang sedang dalam masa protokol, kami berpesan agar patuh jadwal protokol. Datang sesuai waktu yang direncanakan," ujarnya.
Selain itu, bagi penyintas lupus dengan status remisi atau keadaan sembuh, kemungkinan penderita bebas obat sangat mungkin. Hal itu biasanya ditandai dengan tidak adanya gejala klinis serta didukung hasil laboratorium yang baik.
"Dokter juga pasti akan perlahan-lahan menurunkan pengobatan atau bahkan menghentikan dalam keadaan remisi," ujarnya.
Namun, ia mengingatkan para penyintas lupus harus tetap waspada dengan faktor pencentus, di antaranya kondisi lingkungan, ultraviolet, faktor hormonal, dan sebagainya sebab sewaktu-waktu bisa kambuh.