TEMPO.CO, Jakarta - Bagi pasangan yang sudah menikah, bagaimana rasanya berada di rumah sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan? Beberapa orang di minggu-minggu awal pasti merasa sangat senang dan berbunga-bunga.
Namun setelah satu bulan ke atas, banyak yang mungkin merasa bosan dan mulai dihadapkan dengan berbagai masalah rumah tangga. Menanggapi hal tersebut, psikolog dari Tiga Generasi Ayoe Sutomo mengatakan bahwa ini sangat wajar terjadi.
Ia menjelaskan pada dasarnya, setiap individu memiliki konsep dialectic tension dalam hidup. “Ini adalah kondisi dimana adanya kebutuhan untuk terkoneksi, tapi juga terpisah,” katanya dalam live Instagram di akun @tigagenerasi pada Senin, 18 Mei 2020.
Untuk menghindari keributan antar pasangan selama di rumah saja, maka dibutuhkan keseimbangan dari tetap terkoneksi dan terpisah ini. Ayoe mengatakan bahwa dari segi terkoneksi mungkin tidak perlu dilakukan lagi lantaran pasangan pasti bertemu setiap hari.
Sedangkan terpisah, memang sulit dilakukan namun bisa diterapkan lewat me time atau memiliki waktu untuk memanjakan diri sendiri. “Contohnya bisa dengan cara menjalankan hobi seperti membaca buku dan membuat kue atau relaksasi seperti menonton televisi dan rebahan,” katanya.
Lalu bagaimana dengan pasangan yang memiliki anak? Tentunya waktu untuk diri sendiri bisa didapatkan melalui kerja sama antar pasangan. “Misalnya ibunya lebih baik menjaga anak saat belajar, saat itu bapaknya memanfaatkan me time. Begitu pula saat anak bermain dengan bapak, ibunya diminta untuk me time,” katanya.
Dengan keseimbangan ini, setiap pasangan akan mengalami keharmonisan meski selama di rumah saja. “Karena sekarang kita tahu apa yang dibutuhkan oleh diri sendiri dan pasangan. Ini baik diterapkan agar di rumah saja bukan menghancurkan, tapi senantiasa merekatkan hubungan keluarga,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA