TEMPO.CO, Jakarta - Seiring dengan pandemi corona dan penurunan produktivitas perusahaan, pemutusan hubungan kerja (PHK) pun semakin banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Tidak jarang orang tua bingung tentang cara memberitahukan kondisi perekonomian keluarga akibat PHK kepada anak. Justru, banyak yang mengambil jalan pintas dengan sekedar mengatakan bahwa mereka dirumahkan dan uang jajan anak harus berkurang.
Psikolog Retno Dewanti Purba mengatakan penjelasan singkat seperti itu salah. Anak-anak akan menjadi bingung lantaran tidak ada penjelasan. “Kita harus terbuka agar anak sadar dan memahami kondisi yang sebenarnya terjadi,” katanya dalam R&R Talks Sesi 2 #NgobrolPakaiHati pada Rabu, 20 Mei 2020.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, seharusnya anak sudah memiliki pola pikir yang tersusun rapi sehingga layak diajak diskusi. “Jangan salah, anak SD itu nalarnya sudah jalan. Artinya dia bisa mengikuti proses dan layak tahu apa yang dihadapi orang tuanya,” katanya
Untuk alasan tersebut, Retno mengimbau agar orang tua melakukan rapat dengan cara duduk bersama anak-anak. Ia menyarankan agar nada bicara tidak boleh menakutkan agar tidak ada kesan negatif dari PHK di mata anak. “Kita ceritakan dari awal. Misalnya kerja di restoran, karena corona harus tutup dan karena tidak dapat uang ya orang tua harus dirumahkan,” katanya.
Setelah menceritakan apa yang terjadi dan anak mengerti, saatnya pula orang tua mengikutsertakan anak dalam diskusi tentang perencanaan di masa mendatang. Misalnya dicatat keperluan apa yang perlu dan tidak agar tak membebankan tanggungan perekonomian keluarga. “Perumpamaan ini membuat anak mengerti arti keluarga dengan kerjasama dan menopang antar satu dan lainnya,” katanya.