TEMPO.CO, Jakarta - Siapa yang tidak kenal Cak Lontong? Pria bernama lengkap Lies Hartono ini memang sudah sangat terkenal dengan gaya lucunya. Di balik kesuksesannya saat ini, Cak Lontong mengaku sangat sulit memulai karier di dunia hiburan dulu. "Berkarier di profesi saya ini tidak mudah," katanya dalam acara bincang-bincang bersama Handry Satriago bertajuk Bed Time Stories feat Cak Lontong pada 19 Mei 2020.
Cak Lontong mengatakan sebagai seorang lulusan teknik, ia mengaku sempat takut untuk masuk ke dunia hiburan yang profesional. Ia memang pernah aktif menjadi pelawak saat menjadi mahasiswa semester 5-6, namun ketika di dunia hiburan profesional, hal itu jauh lebih sulit.
Ia bercerita bahwa setelah lulus kuliah, Cak Lontong sempat bekerja kantoran. "Kan tidak enak sama orang tua karena sudah disekolahin (sampai jadi insinyur). Tapi saya merasa hidup saya tidak di situ," kata Cak Lontong yang langsung bertekad ingin jadi pelawak.
Menurutnya, beralih profesi sangatlah berat dilakukannya. Alasannya, ia sudah hidup berkeluarga, sebagai kepala keluarga ia pun harus memikirkan bagaimana pemasukan untuk keluarga. Ia mengatakan saat itu, ia merasa harus keluar dari zona nyamannya dan memulai segalanya dari 0. "Masa itu sangat berat. Apalagi media saat itu belum ada sebanyak ini," katanya.
Terjun di dunia hiburan, tujuan utamanya adalah masuk di televisi. Menurut dia, tampil di televisi akan mengembangkan kariernya di dunia hiburan hingga menjadi sukses. Ia pun mengontak berbagai kenalannya yang bekerja di dunia televisi sambil mengumpulkan teman-teman kuliahnya yang juga pernah jadi pelawak.
Cak Lontong mengatakan ia merasa sangat kegirangan ketika diajak bertemu dengan orang televisi. "Saya pikir ini kesempatan bagus. Jadi dulu itu momen paling menyenangkan itu diajak ketemu sama orang televisi," katanya.
Mereka berdiskusi tentang berbagai konsep acara. Mereka pun sudah membuat dummy. Ide segar itu pun dijanjikan untuk dipresentasikan ke pihak manajemen televisi. "Saya itu dulu sentralnya. Saya yang berhak menentukan orang-orang yang bisa bekerja sama dengan saya," kata Cak Lontong yang semangat sekali membicarakan proyek itu.
Ia bahkan mengatakan sudah membuat naskah dan melakukan negosiasi serta sudah sepakat tentang berbagai hal. "Tapi hasil diskusinya, kami harus menunda syuting awal dan pelaksanaannya karena ada tayangan Thomas - Uber Cup," kata Cak Lontong yang mengingat kejadian itu antara tahun 2006-2007.
Ia pun setuju melakukannya tanpa merasa curiga. Hingga suatu hari, ia melihat promosi proyek yang sempat didiskusikannya dalam sebuah iklan di televisi. Ia pun heran bagaimana bisa acara itu sudah dibuat promosinya di televisi padahal belum ada kontrak. Syuting awal pun masih tertunda dan belum terlaksana saat itu. "Ternyata saya ditinggal. Saya bersyukur saja dan jadikan amal jariyah," kata Cak Lontong merasa sangat kecewa. Ia tidak menyangka ide proyek itu diambil orang dan mereka tidak mengajak Cak Lontong ikut serta.
Kejadian itu pun membuatnya mengubah strategi dalam meniti karier di dunia hiburan. Setelah merenung beberapa saat, ia sadar bahwa dirinya bukan siapa siapa. Sebaliknya televisi biasanya lebih memerlukan orang yang sudah memiliki nama karena mudah untuk dipromosikan ke masyarakat. "Sejak itu saya malas diajak membahas konsep acara. Saya hanya mau bila diajak kerja sebagai talent, tapi tidak mau memikirkan konsepnya secara utuh atau ide lain," kata Cak Lontong.
Dalam meningkatkan kapasitas diri, ia pun membuat ciri-ciri dirinya. Ia berharap ketika memiliki ciri khas tersendiri, orang akan selalu mengingatkan karena memiliki karakter yang unik. Dan benar saja ciri khas Cak Lontong diingat oleh orang. Sekitar 3 tahun setelah kejadian mengecewakan itu, ada seorang pencari bakat dari rumah produksi menghubunginya. Mereka percaya karakter Cak Lontong pas mengisi peran di sinetron yang sedang digarapnya. "Bahkan karakter saya ya jadi diri sendiri. Itu titik balik yang membuat saya berhasil," kata Cak Lontong senang.