TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki era new normal, berbagai bisnis yang awalnya tutup akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akan kembali dibuka. Namun tentunya, menarik kembali minat pembeli untuk membeli barang dari bisnis kita tidaklah mudah.
Terlebih jika barang tersebut ialah atribut fashion seperti pakaian. Sebab, fashion mungkin tidak lagi menjadi prioritas utama masyarakat. Melainkan, produk seperti makananlah yang akan lebih banyak dipilih dan dibeli. Tapi bukan berarti bisnis fashion tak dapat berkembang.
Pemilik usaha fashion lokal Nadjani, Nadya Amatullah Nizar pun membagikan tips jitu agar para pebisnis fashion tidak terlalu resah. Pertama, ia mengimbau agar setiap pengusaha bisa terus beradaptasi dan berinovasi di tengah transisi ke era new normal.
Salah satu contohnya ialah dengan menambahkan produk sesuai kebutuhan new normal itu sendiri. “Misalnya sekarang kan kita disarankan untuk pakai barang pribadi dan tidak pinjam-pinjam, ada baiknya untuk menjual produk mukena atau sajadah yang mudah dibawa kemana-mana,” katanya dalam acara webminar bersama Tokopedia pada 10 Juni 2020.
Setiap pengusaha di bidang fashion juga bisa berinovasi lewat pakaian di rumah. Contohnya membuat apron atau penutup baju agar tidak kotor saat memasak. “Sekarang kan eranya masak di rumah tapi tetap ingin eksis di medsos, kita bisa buat apron juga. Jadi kalau difoto tetap Instagramable,” katanya.
Tak lupa, melakukan promosi dan komunikasi dengan para pelanggan harus terus dijalankan. Ini dikerjakan agar tetap tercipta hubungan yang erat dan produk kita tidak mudah dilupakan. “Kita bisa terus update di media sosial untuk dagangan, adakan live yang mendidik tentang fashion dan berbagai potongan harga agar tidak kehilangan pelanggan,” katanya.
Nah, sudah siapkah para wirausahawan di bidang fashion dalam menyambut era new normal dengan segala strategi bisnisnya?
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA