TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi corona memberikan sebagian masyarakat kecemasan. Tidak hanya masalah kesehatan yang perlu diwaspadai, masalah ekonomi pun belum stabil akibat masalah wabah ini. Hal itu dibenarkan Pengamat Konsumen dan Pakar Marketing, Yuswohady. "Mulai dari kekhawatiran terpapar virus, hingga, terjadi risiko pada kehidupannya, khawatir krisis ekonomi, khawatir kehilangan pekerjaan dan khawatir stabilitas ekonomi. Akibatnya, kesadaran dan kebutuhan akan perlindungan asuransi pun menjadi kewajaran," kata Yuswohady dalam konferensi pers virtual oleh Sun Life pada Kamis 11 Juni 2020.
Yuswohady mengatakan kecemasan itu diperkirakan akan terjadi hingga waktu yang lama. Maklum, informasi yang dikeluarkan oleh Universitas Harvard, penerapan social distancing perlu dilakukan setidaknya hingga 2022 mendatang. Artinya, selama itu pula kemungkinan ekonomi masih akan gonjang ganjing. Dalam 100 prediksi New Normal Life After Covid-19, yang disusun Yuswohady, tertulis pula bahwa asuransi menjadi kebutuhan tidak terelakan di tengah masyarakat saat memasuki tatanan new normal.
Yuswohady mengatakan saat virus corona belum ada, banyak masyarakat yang menghabiskan pengeluaran mereka untuk kebutuhan tersier, seperti membeli mobil, atau membeli baju dan barang mewah. Maklum, mereka memiliki berbagai acara sosial tempat mereka bisa memamerkan barang barang mewah itu. "Sebaliknya, pada tatanan new normal ini, masyarakat kembali pada kebutuhan dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan," katanya.
Ia mengatakan kasus corona membuat orang berpikir bahwa banyak risiko yang bisa terjadi secara mendadak yang bisa dialami masyarakat dari berbagai kalangan masyarakat. "Misalnya, terjangkit Covid-19 sehingga membutuhkan biasa besar dalam perawatannya ataupun kematiannya," kata Yuswohady.
Dengan kondisi khawatir yang meningkat itu, peran asuransi pun sangat dibutuhkan, sehingga banyak masyarakat yang menjadikannya kebutuhan utama. "Saya memprediksi pandemi ini akan menjadi katalis bagi industri di Indonesia untuk meningkat," katanya.
Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia, Shierly Ge membenarkan bahwa selama pandemi berlangsung, terdapat penambahan polis maupun nasabah baru untuk produk tradisional sebesar 3,7 persen. "Produk tradisional yang mengalami peningkatan itu berupa asuransi kesehatan dan jiwa. Hal ini mengingat kedua hal ini menjadi risiko yang sudah di depan mata dihadapi masyarakat," katanya.
Shierly menambahkan di era pandemi ini masyarakat juga membutuhkan layanan proteksi berbasis teknologi, bukan hanya pada nasabah yang telah ada, tapi juga pada nasabah baru. Sun Life pun merilis Sun Connect. Asuransi yang memberikan pengalaman baru dalam berasuransi, mendekatkan yang jauh, di mana jarak tidak lagi menjadi hambatan dengan mengutamakan prinsip keamanan, kenyamanan dan kemudahan, khususnya bagi nasabah dan para tenaga pemasar.
"Inisiatif ini sejalan dengan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan mengenai tata cara baru penjualan unit link atau produk asuransi yang memungkinkan penjualan produk unit link secara virtual, atau melalui digital,” katanya.