TEMPO.CO, Jakarta - Buat yang sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan jarang berolahraga, awas kadar kolesterol naik. Apalagi di masa pandemi COVID-19 ini kesehatan sangat penting.
Spesialis penyakit dalam RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Franciscus Ari, menyarankan gaya hidup sehat, salah satunya berolahraga setidaknya 30 menit dalam 4-6 kali seminggu untuk menjaga kadar kolesterol. Kegiatan yang disarankan meliputi jalan cepat, bersepeda statis maupun berenang.
Kedua, terapi nutrisi. Anda disarankan menerapkan diet rendah kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran, biji-bijian, ikan, dan daging tanpa lemak.
Kemudian, berhenti merokok. Sejumlah penelitan menunjukkan merokok memiliki efek negatif pada kadar HDL dan rasio LDL/HDL. Menurut Ari, berhenti merokok minimal 30 hari dapat meningkatkan kadar HDL secara signifikan.
Terakhir, sebaiknya kurangi asupan alkohol untuk membantu menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan kadar HDL. Penentuan target dalam terapi memperbaiki kadar lemak darah akan berbeda dengan orang lain, salah satunya ditentukan ada atau tidaknya faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah yang dimiliki.
Ari mengatakan, pada kelompok orang tertentu, perubahan gaya hidup mungkin saja cukup untuk memperbaiki kadar lemak darah. Sedangkan pada kelompok lain, diperlukan terapi penanganan dengan bantuan obat-obatan.
Dokter akan meresepkan obat kolesterol yang sesuai dengan kondisi lemak darah karena masing-masing obat memiliki cara kerja berbeda. Sebagian besar obat kolesterol memiliki target pada penurunan kadar LDL dan sebagian lain pada penurunan kadar trigliserida dan peningkatan kadar HDL.
Untuk itu, diperlukan konsultasi terlebih dulu dengan dokter untuk menentukan terapi yang tepat untuk kondisi Anda. Mulailah memeriksa kadar lemak darah bila sudah menginjak usia 40 tahun.
Pemeriksaan juga mulai dapat dilakukan pada usia lebih muda bila memiliki faktor risiko penyakit darah tinggi, diabetes, obesitas, dan atau kebiasaan merokok. Pemeriksaan rutin diperlukan untuk memantau kadar lemak darah secara berkala, baik pada hasil kolesterol yang tinggi ataupun normal sekalipun.
Mereka yang mengalami gangguan metabolisme kolesterol membutuhkan pemeriksaan yang lebih sering, umumnya setiap 2-3 bulan sekali. Gangguan metabolisme lemak darah bisa disebabkan gaya hidup, adanya penyakit lain yang memicu kenaikan kadar lemak darah, seperti penyakit hormon tiroid, gangguan ginjal, diabetes melitus, atau karena faktor keturunan.