TEMPO.CO, Jakarta - Deborah Marin, profesor psikiatri sekaligus direktur Pusat Spiritualitas dan Kesehatan mengungkapkan kesehatan mental penting berada di garis terdepan selama pandemi virus corona. Apa tantangan kesehatan mental yang paling umum menurut penelitian yang akan dihadapi oleh petugas medis?
Dunia mengetahui sebagian besar orang mengalami kesedihan, kehilangan, dan kecemasan. Kecemasan bukan hanya tentang sakit tetapi tentang membuat orang yang dicintai sakit.
Orang-orang juga merasa tertekan dan menunjukkan tanda-tanda gangguan stres pascatrauma (PTSD) selama pandemi. PTSD adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan.
Virus corona menular sangat agresif. Ada ketakutan luar biasa akan gelombang kedua saat periode new normal.
"Orang-orang marah karena kami tidak bisa membiarkan anggota keluarga masuk ke ruang rumah sakit. Biasanya, orang-orang menunjukkan kasih sayang dengan merawat orang yang disayangi, tetapi tidak untuk pandemi virus corona," ungkapnya seperti dikutip dari Psycology Today.
Apa yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental di tengah pandemi Covid-19? Model ini mencakup berbagai pendekatan untuk menawarkan skrining gratis bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui bagaimana keadaan mereka.
Berikan umpan balik tentang apa yang mereka lakukan dan sumber daya yang dapat digunakan untuk menjaga diri sendiri dan berfungsi sebaik mungkin. Berikan lokakarya seperti dari segi kerohanian, moral, atau aktivitas fisik.
Juga akan ada hubungan yang mulus dengan psikiatri sehingga orang yang membutuhkan bantuan akan dapat mengakses layanan kesehatan mental. Idenya adalah untuk memitigasi perkembangan yang sayangnya kita tahu akan terjadi beberapa bulan ke depan.