TEMPO.CO, Jakarta - Suplemen makanan, terutama yang mengandung vitamin C, diburu masyarakat saat pandemi Covid-19. Bahkan, harganya sempat melambung lantaran keterbatasan stok diiringi tingginya permintaan masyarakat.
Mereka yang sebelumnya tak minum suplemen makanan akhirnya ikut mengonsumsi dengan dalih meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak terpapar Covid-19. Apakah memang suplemen makanan sedemikian ampuh untuk meningkatkan daya tahan tubuh?
Head Medical Management Good Doctor, Adhiatma Gunawan, mengatakan suplemen makanan memang mampu memberikan manfaat bagi tubuh, terutama untuk menjaga daya tahan dari berbagai penyakit. Namun, manfaatnya menjadi hilang apabila tidak diiringi oleh pemenuhan nutrisi harian yang baik.
"Kalau nutrisi sehari-hari sudah baik ya sebenarnya tidak juga tidak apa-apa. Tapi kalau nutrisi harian berantakan hanya mengandalkan suplemen makanan, itu jadi masalah," katanya.
Adapun, untuk kebutuhan nutrisi yang menurut Adhiatma cukup penuhi seluruh makronutrien, seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak. Tentunya semua harus seimbang.
Kemudian, yang tak kalah penting untuk menjaga daya tahan tubuh adalah istirahat dan olahraga yang cukup. Dia menyebut banyak masyarakat urban yang nutrisinya sudah sangat baik tetapi kurang berolahraga dan waktu istirahatnya jauh dari kata ideal. Alhasil, daya tahan tubuh menjadi kurang baik dan rentan terpapar penyakit.
"Olahraga harus cukup, istirahat juga penting. Sekarang banyak yang waktu istirahat malah digunakan maraton film sampai subuh," ujar Adhiatma.
Kurangnya waktu istirahat menurutnya juga berimplikasi pada produktivitas. Alih-alih mampu mengerjakan banyak hal pada pagi hingga sore hari, justru lemas dan sulit berpikir.
"Saat bekerja jadi banyak melakukan kesalahan juga. Ini kan tidak baik. Sudah tidak sehat kena marah juga pastinya kan dari atasan buat kalian yang bekerja," selorohnya.
Sementara itu, terkait dengan suplemen makanan, ahli gizi dr. Tan & Remanlay Institute, dr. Tan Shot Yen, punya pandangan berbeda. Dia menilai suplemen makanan, khususnya vitamin C, sama sekali tidak diperlukan oleh tubuh orang yang sehat.
"Makan buah, tablet hanya untuk pasien. Buah tidak hanya vitamin C, serat tidak larut adalah prebiotik dalam usus besar. Prebiotik subur, imunitas meningkat," katanya.
Kemudian, khusus untuk vitamin C, menurut Tan suplemen makanan yang beredar di pasaran kandungan vitamin C-nya terlampau tinggi dari kebutuhan harian yang ideal. Kebanyakan suplemen makanan mengandung vitamin C lebih dari 100 mg. Padahal, kebutuhan harian vitamin C harian untuk laki-laki dan perempuan dewasa masing-masing hanya 90 mg dan 75 mg.
"Khusus untuk ibu hamil 85 mg, menyusui 120 mg, bagi mereka yang merokok ditambah 35 mg lagi dari kebutuhan normal," paparnya.