TEMPO.CO, Jakarta - Setiap hari, wajah Achmad Yurianto selalu tampak serius saat menyampaikan data harian COVID-19 di layar televisi. Namun, laki-laki kelahiran Malang, 11 Maret 1962, itu sangat santai kala diajak berbincang soal hobi-hobinya.
Dokter yang akrab disapa Yuri itu bercerita tentang beberapa kegiatan yang dilakukannya di sela-sela kesibukan. Salah satu yang menarik, dari sejumlah hobi yang disebutkan lebih banyak berhubungan dengan seni, yakni seni membatik.
Ada cerita menarik antara Yuri dan batik. Jika diperhatikan, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan itu hampir tidak pernah absen mengenakan batik. Terkadang, masker yang ia gunakan pun bermotif batik.
Menurutnya, batik yang berstatus Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Tak Benda oleh UNESCO itu mudah dibeli, dan harganya relatif murah. Pakai batik yang harganya Rp 120 ribu saja kalau masuk kamera juga tetap bagus.
“Saya tidak mau berpikir rumit, yang penting saya tampil dengan sopan dan bisa diterima. Saya berpikirnya yang paling gampang itu batik. Seminggu dipakai lagi kan juga pada enggak tahu, kelihatannya saja berbeda padahal yang minggu lalu dipakai,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.
Usut punya usut, ternyata kemeja ataupun masker batik yang dikenakan suami Dwi Retno Yuliarti itu terkadang ada yang memang hasil karya sendiri. Yuri mengaku terkadang membuat sketsanya sendiri, mendesain modelnya sendiri, hingga membatik sendiri.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto. ANTARA/Nova Wahyudi
Beberapa sketsa dan desain batik dengan goresan pensil yang beberapa fotonya ada di dalam telepon pintarnya pun ia tunjukkan, termasuk masker-masker batik yang didesain dan dibuatnya sendiri maupun karya istrinya, yang beberapa waktu lalu dipakai saat menyampaikan data harian COVID-19 di layar televisi.
Foto Bengbeng, satu dari lima kucing kesayangannya yang mengenakan beberapa batik pun diperlihatkan. Kucing-kucing lucu peliharaannya, mulai dari Bengbeng, Tayo, Oreo, Dusty, dan Tom, memang tampaknya sering menjadi model fotonya.
Foto tangkapan layar masker batik dari Dusty Handmade Craft yang dibuat juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto dan istri. ANTARA
“Enggak lah, saya tidak punya bisnis di bidang batik, cuma saya akhir-akhir ini mencoba membatik sendiri, mulai dari konsep, sketsa, canting mewarnainya, tapi tidak dalam skala besar. Bikinnya di rumah,” kata penerima penghargaan Public Relation of The Year dalam acara Indonesia Corporate Branding PR Award 2020 tersebut.
Tidak perlu terlalu canggih, kalau dulu membatik pakai kompor kayu sekarang pakai kompor listrik untuk mencairkan lilin, ujar ayah dari dua putra itu.
“Nyeni yang paling gampang itu batik. Batik itu kan enggak pernah jelek. Daripada tenun kan lebih sulit,” kata Yuri saat ditanya mengapa memilih batik.
Baginya, membatik itu menjadi alat manajemen stres. Sambil duduk di depan televisi sepulang kerja, entah menyimak berita atau mengikuti acara lain, Yuri terkadang menyempatkan membatik sampai rasa kantuk tiba.