TEMPO.CO, Jakarta - Di era new normal pandemi Covid-19, banyak orang mulai bepergian keluar rumah dengan menggunakan face shield. Face shield, penutup wajah berbahan plastik bening, semakin banyak dipakai karena dianggap ampuh menjaga dari percikan air liur sehingga mengurangi risiko terjangkit virus corona.
Namun, benarkah face shield seefektif itu? Pakar penyakit menular dan sarjana senior di Johns Hopkins Center for Health Security, Amesh A. Adalja angkat bicara. Menurutnya, face shield memang efektif melindungi area wajah yang menjadi pintu masuk virus corona.
“Kita tahu bahwa Covid-19 bisa masuk ke tubuh lewat mata, hidung dan mulut. Adapun face shield dapat memberikan perlindungan di area wajah secara menyeluruh termasuk pada tiga area rawan untuk masuknya virus ke dalam tubuh,” katanya seperti dilansir dari situs Prevention.com.
Beberapa tampak mengenakan face shield saat bersepeda pada masa pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di Bundaran HI, Jakarta, Ahad, 14 April 2020. TEMPO/Muhammad Hidayat
Selain kemampuan face shield melindungi seluruh area muka, ini juga membuat orang merasa lebih nyaman lantaran bisa bernafas dengan bebas dan harganya pun cukup terjangkau. “Face shield membuat orang bebas beraktivitas tanpa penghalang di area muka. Masukkan positif terkait harga juga banyak dirasakan oleh pengguna face shield,” ujarnya.
Namun di sisi lain, face shield juga memiliki kekurangan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pelindung wajah yang digunakan tunggal hanya mengurangi partikel aerosol untuk masuk ke tubuh sebanyak 23 persen. Itu berarti, risiko virus untuk menjangkiti kita tetap tinggi sehingga dibutuhkan pendampingan dari alat pelindung diri lain.
“Face shield tidak bisa berdiri sendiri karena kurang efektif untuk menangkal virus. Utamanya tetap harus menggunakan masker dan kacamata. Sedangkan face shield dipakai sebagai tambahan proteksi dan bukan yang utama,” ungkap dokter spesialis penyakit menular di Pusat Kesehatan Providence Saint John, Andres Romero seperti dilansir dari situs Mirror.co.uk.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | PREVENTION.COM | MIRROR.CO.UK