TEMPO.CO, Jakarta - Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat konsumsi jamur enoki asal Korea Selatan yang tercemar bakteri Listeria monocytogenes tengah terjadi di berbagai negara di dunia. Sejak bulan Maret hingga April 2020, setidaknya terdapat puluhan kasus kesehatan ini yang terjadi di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.
Meski sampai dengan hari ini di Indonesia belum ditemukan adanya kasus KLB karena kontaminasi bakteri dari jamur enoki tersebut, berbagai langkah pencegahan tetap wajib kita lakukan. Kementerian Pertanian pun membagikan beberapa ciri bakteri serta imbauan penting untuk masyarakat.
Pertama dari ciri bakteri, L. monocytogenes merupakan salah satu bakteri yang tersebar luas di lingkungan pertanian seperti tanah, tanaman, silase, fekal, limbah, dan air. Karakternya meliputi tahan terhadap suhu dingin, sehingga mempunyai potensi kontaminasi silang terhadap pangan lain yang siap dikonsumsi dalam penyimpanan dan dapat dihilangkan melalui pemanasan suhu 75 derajat celsius.
Profesor Mikrobiologi Pangan di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Ratih Dewanti juga menjelaskan bahwa bakteri L. monocytogenes pada jamur enoki asal Korea Selatan bisa menyebabkan penyakit listeriosis. “Ini mempunyai konsekuensi sakit hingga meninggal dunia, utamanya pada golongan rentan, balita, ibu hamil dan manula,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo.co pada Kamis, 25 Juni 2020.
Atas alasan tersebut, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (BKP Kementan) Agung Hendriadi mengimbau masyarakat untuk lebih cermat dan berhati-hati dalam membeli produk pangan khususnya pangan segar asal tumbuhan. “Pilih pangan yang sudah terdaftar (ditandai dengan no pendaftaran PSAT),” katanya.
Sedangkan bagi para pelaku usaha dengan stok jamur enoki, disarankan untuk menerapkan praktek Sanitasi Higiene di seluruh tempat dan rantai produksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta memisahkan jamur enoki yang diimpor dari Green Co Ltd dan mengembalikan kepada distributor untuk ditangani lebih lanjut.
“Menerapkan langkah sanitasi untuk mencegah kontaminasi silang dan melakukan pengujian laboratorium juga dapat dilakukan bila diperlukan,” katanya.