TEMPO.CO, Jakarta - Putus cinta dari pasangan adalah mimpi buruk. Tak heran, banyak di antaranya merasa galau dengan berbagai tanda yang meliputi tidak mau makan, lemas, lesu hingga menghindari orang-orang sekitar.
Sayangnya, gejala demikian juga dialami oleh orang-orang dengan gangguan jiwa. Jika Anda melihat teman atau saudara dengan keadaan demikian, bagaimana cara membedakan antara galau dan gangguan jiwa agar bisa cepat mendapatkan pertolongan?
Baca Juga:
Menjawab keresahan masyarakat akan kedua masalah kesehatan mental dengan satu tanda serupa, dokter spesialis kesehatan jiwa di Rumah Sakit Harum Sisma Medika, Prasila Darwin, pun angkat bicara. Menurutnya, keduanya bisa dibedakan dari lama waktu dan hasil yang diberikan oleh mereka yang galau dan memiliki gangguan jiwa. Dari segi waktu, Prasila mengatakan umumnya orang yang mengalami galau akan menunjukan gejala dalam kurun waktu sebentar.
“Sebaliknya, kalau yang memiliki gangguan jiwa, itu kan harus dikontrol dengan terapi dan pengobatan, jadi gejalanya terus-terusan,” katanya dalam webinar bersama Johnson and Johnson pada Jumat, 26 Juni 2020.
Untuk hasil yang diberikan, mereka yang galau tidak akan menunjukkan distraksi sama sekali. Sedangkan mereka yang mengalami gangguan jiwa akan mengganggu diri sendiri, anggota keluarga lain, bahkan orang-orang di sekitar.
“Ada distres yang ditunjukkan dari pasien gangguan jiwa tapi tidak dengan orang yang galau,” jelasnya.
Terakhir, mereka yang galau tidak akan mengalami gangguan fungsi sedangkan yang gangguan jiwa akan merasa demikian.
“Kalau yang galau, dia setelah itu baik-baik saja. Tapi yang gangguan jiwa akan menunjukkan gangguan fungsi, contohnya yang biasa aktif menjadi tidak aktif lagi,” ungkapnya.