TEMPO.CO, Jakarta - Obat untuk Covid-19 belum ada hingga saat ini. Tak heran, berbagai penelitian pun berlomba-lomba untuk mencari penangkalnya. Secara khusus di Indonesia, studi terkait obat tradisional mulai digencarkan. Di Surabaya misalnya, beberapa penelitian mengklaim bahwa obat herbal dapat menangkal virus corona. Hal yang sama juga mulai diklaim oleh beberapa studi di kota-kota lain.
Namun, benarkah obat tradisional efektif untuk menangkal virus corona? Dokter Spesialis Paru Erlina Burhan mengatakan obat herbal hingga kini hanya bisa dikategorikan sebagai suplemen tambahan. “Bahan herbal itu hanya tambahan dari SOC (standard of care). Dia bekerja sebagai imunomodulator atau antioksidan. Jadi dari fungsinya saja jelas bukan untuk menyembuhkan penyakit, tapi melengkapi imun tubuh,” katanya dalam webinar bersama Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada 28 Juni 2020.
Meski itu berarti obat herbal bukan menjadi kunci kesembuhan pasien Covid-19, Erlina tetap mendukung dan menghargai usaha para peneliti. “Kita tetap mendukung jika bahan herbal membantu kesembuhan pasien. Namun tetap yang utama adalah obat dari susunan senyawa kimia yang ditambah bahan herbal,” katanya.
Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono juga menyetujui pernyataan Erlina. Namun di sisi lain, studi lebih lanjut tetap harus dilakukan jika para peneliti benar-benar ingin membuktikan efektivitas obat herbal pada Covid-19.
“Harus dihargai usaha dari para peneliti. Tapi karena tujuan penelitian obat-obat herbal ini adalah untuk kesembuhan Covid-19, maka jangan sampai merugikan masyarakat. Jadi penelitian tetap harus dikembangkan,” katanya.
Pandu mengatakan bahwa untuk mengklaim suatu pengobatan yang berhasil, harus dilakukan penelitian yang panjang. “Kalau baru diuji secara in vitro atau in vivo dan belum ke manusia, belum bisa dikatakan ampuh. Jadi untuk menguntungkan kedua belah pihak, baik peneliti dan masyarakat, studi harus terus berlanjut sampai didapatkan validitas,” katanya.
Penelitian juga diharapkan tetap memperhatikan dan melewati setiap tahapan dengan baik. “Walaupun sekarang kita sedang dalam kondisi kedaruratan, tapi penelitian harus tetap memperhatikan keselamatan publik. Ini semua lewat prosedur berbasis ilmu pengetahuan. Kalau tidak, nanti tersesat dan kasihan masyarakat yang dirugikan,” katanya.