TEMPO.CO, Jakarta - Pertengkaran antarpasangan itu biasa, namun kritikan, omelan dalam pertengkaran yang terus menerus ternyata berpengaruh buruk bagi kesehatan, bahkan berisiko kematian dini.
Melansir Insider, berdasarkan hasil penelitian oleh Lafayette College, pasangan yang terus menerima kritikan dan tekanan dalam hubungan memiliki kesehatan yang buruk. Adapun, penelitian ini melibatkan lebih dari 3.000 orang lanjut usia dengan hampir 2.000 orang di antaranya telah memiliki pasangan. Para responden diwawancara pada 2005, dan dilanjutkan pada 2010.
Penulis penelitian mengukur kualitas hubungan responden dengan melihat jumlah kritik yang diterima dari pasangan, termasuk tekanan apa yang diberikan dalam hubungan. Jawaban-jawaban ini dipelajari dengan mengaitkan indeks massa tubuh (BMI) setiap orang, kesehatan yang dilaporkan sendiri (pada skala 1 sampai 5), dan jumlah obat yang digunakan. Para peneliti juga mencatat peserta mana yang telah meninggal pada wawancara lanjutan.
Secara keseluruhan, peneliti menemukan kritik terus-menerus dari pasangan memiliki dampak paling signifikan terhadap kualitas kesehatan dan kematian seseorang dibandingkan dengan tuntutan dan perasaan kesal.
"Kritik yang terus-menerus dapat memicu depresi, kecemasan, stres, dan kesepian," tulis hasil penelitian itu.
Penulis mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengidentifikasi secara tepat mengapa kritik terus-menerus dapat berdampak buruk bagi kesehatan hingga berujung kematian. Namun, menurut teori, aliran negatif dapat memicu kecemasan atau depresi dan dapat mempersulit orang yang sebelumnya berjuang mengatasi kecemasan dan depresi untuk pulih karena kritik dari pasangan.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam British Medical Journal (BMJ) pada 2012 menemukan bahkan kasus kecemasan ringan bisa memicu dengan kematian dini. Menurut penelitian, dampak dari hubungan negatif bahkan lebih buruk jika orang-orang tersebut terputus dari teman dan keluarga. Itu berkorelasi dengan penelitian sebelumnya, juga menghubungkan kesepian dengan hasil kesehatan yang lebih buruk dan kematian dini.
Terlebih lagi, stres memiliki dampak yang sangat nyata pada risiko kematian. Menurut sebuah studi pada 2015 yang diterbitkan dalam jurnal Circulation: Cardiovascular Quality and Outcomes, orang dengan lebih banyak stres dan depresi berada pada risiko yang lebih tinggi pada kematian.
"Temuan ini memiliki implikasi klinis yang penting karena mereka menunjukkan nilai pengembangan intervensi seperti terapi yang menargetkan menurunkan aspek negatif kualitas hubungan dengan pasangan, terutama yang terkait dengan kritik dalam hubungan," kata peneliti Jamila Bookwala dan Trent Gaugler.