TEMPO.CO, Jakarta - Stunting masih tetap menjadi salah satu program prioritas pemerintah yang dana maupun targetnya tidak bisa diberikan relaksasi. Dalam upaya mendukung Strategi Nasional Pencegahan Stunting, sejak Mei 2018 hingga sekarang dibuat program melaksanakan program “Aksi Cegah Stunting”.
"Apabila tidak ditangani dengan serius, kita akan mengalami lost generation. Sementara yang lain mendapatkan bonus demografi, 30 persen dari generasi masa depan kita malah mengalami kondisi stunting. Maka dari itu, pencegahan serta penanganan stunting harus menjadi komitmen bersama antarkementerian, antarlembaga publik, termasuk sektor swasta," ungkap Anwar Sanusi, Sekretaris Jendral Kementerian Desa PDTT, lewat rilisnya.
Samsul Widodo, Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa PDTT, mengakui, implementasi "Aksi Cegah Stunting" telah berhasil menurunkan stunting dengan angka yang luar biasa.
"Selama ini, kami sudah mulai melihat program ini sangat memuaskan. Selain melakukan penelitian di salah satu daerah, kami juga pernah mengadakan pelatihan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami berharap kerjasama ini dapat diperluas di kawasan, desa, daerah tertinggal, maupun daerah transmigrasi lainnya," ujarnya.
Program ini juga melibatkan berbagai pihak seperti pakar dari RSCM, Dinas Kesehatan setempat, hingga tenaga fasilitas kesehatan di tingkat daerah, hasil kerjasama Kemendes PDTT dan Danone Indonesia. Pada salah satu lokasi pelaksanaan di Desa Bayumundu, Kabupaten Pandeglang, Banten, upaya bersama ini berhasil menurunkan angka prevalensi stunting hingga 8,4 persen selama 10 bulan.
“Ke depannya kami berharap kita semua dapat mengambil bagian masing-masing dalam penanganan masalah stunting di Indonesia. Mari kita bersatu padu bersama cegah stunting untuk anak-anak Indonesia yang lebih sehat.” tutur Vera Galuh Sugijanto, Vice President General Secretary Danone Indonesia.