TEMPO.CO, Jakarta - Menggunakan masker adalah salah satu kewajiban di tengah pandemi Covid-19 sebab terbukti ampuh menangkal partikel virus dan bakteri yang ingin masuk ke dalam tubuh, terutama lewat mulut dan hidung.
Namun, perlu diingat, masker sebaiknya diganti secara berkala. Hal tersebut pula yang pernah disampaikan oleh Tim Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro.
"Penggunaan masker disarankan maksimal hanya 4 jam dan harus diganti dengan yang baru, atau yang bersih. Jadi, masyarakat disarankan untuk membawa beberapa buah masker ketika harus pergi keluar rumah untuk beraktivitas,” ungkapnya beberapa waktu lalu.
Lalu, apa sebenarnya dampak bagi orang yang malas mengganti masker dengan rutin? Dari segi efektivitas, situs The Conversation mengatakan masker memang akan mengalami penurunan kualitas jika digunakan tidak sesuai dengan batas waktunya.
Dengan demikian, kemampuan masker untuk melindungi dari percikan air liur tak lagi tinggi. Itu berarti meningkatkan pula risiko terjangkit berbagai macam penyakit, termasuk Covid-19.
Mempertahankan penggunaan satu masker yang sama tanpa dibersihkan terlebih dulu juga meningkatkan risiko iritasi pada kulit. Para ahli menghubungkan kejadian tersebut dengan kelembaban serta suhu panas di area hidung dan mulut yang disebabkan oleh masker kotor.
Lebih dari itu, Anda juga berisiko terjangkit dermatitis seboroik atau jamur pada area wajah. Melansir dari situs Huffington Post, jamur tersebut umumnya muncul akibat terjadinya penumpukan mikroorganisme lantaran produksi kelenjar minyak berlebih, keringat, serta masker yang ketat dan kotor.