Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masker Buatan Sendiri, Seberapa Aman Cegah Virus Corona?

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi bertamu mengenakan masker. Shutterstock
Ilustrasi bertamu mengenakan masker. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Mengenakan masker adalah salah satu cara untuk menghindari paparan virus di tengah pandemi COVID-19 yang sampai sekarang belum juga bisa bisa diatasi di banyak negara. Masker N99 dan N95 memang paling jitu dalam menangkal paparan virus berdasarkan banyak penelitian, tapi bagaimana dengan masker buatan sendiri?

Amanda Wilson, seorang kandidat doktor ilmu kesehatan lingkungan di Universitas Arizona, Amerika Serikat, melakukan penelitian bersama rekan-rekannya mengenai efektivitas penggunaan masker di lingkungan terkontaminasi.

Dalam Journal of Hospital Infection mereka memaparkan hasil studinya bahwa risiko seseorang terpapar virus akan sangat tergantung pada masker yang dikenakan dan berapa lama ia berada di lingkungan terkontaminasi.

Ketika para peneliti membandingkan memakai masker dengan tidak menggunakan perlindungan selama paparan virus 20 menit 30 detik, mereka menemukan bahwa risiko infeksi berkurang 24-94 persen atau 44-99 persen tergantung pada masker dan durasi paparan.

Mereka juga menemukan pengurangan risiko menurun ketika durasi paparan meningkat. “Masker N99, yang bahkan lebih efisien dalam menyaring partikel udara daripada masker N95, jelas merupakan salah satu opsi terbaik untuk memblokir virus, karena mereka dapat mengurangi risiko rata-rata sebesar 94-99 persen untuk paparan 20 - 30 detik," katanya.

"Tetapi masker jenis itu bisa sulit didapat, dan ada pertimbangan etis seperti membiarkan itu tersedia bagi para profesional medis,” kata Wilson, dikutip dari Scitech Daily, Senin 13 Juli 2020.

Selain N99 dan N95, para peneliti juga menguji masker dari bahan lain yang di antaranya banyak dibuat sendiri di rumah tangga maupun industri rumahan. Menurut studi mereka, masker dari bahan seperti sejenis penyaring teh, kain katun-campuran, dan sarung bantal antimikroba adalah yang terbaik setelah masker N99 untuk perlindungan.

Kain selendang, yang mengurangi risiko infeksi sebesar 44 persen setelah 30 detik dan 24 persen setelah 20 menit, dan kaos katun keefektifannya hanya sedikit lebih baik daripada tidak memakai masker sama sekali, mereka menemukan. "Kami tahu bahwa masker berfungsi, tetapi kami ingin tahu seberapa baik dan membandingkan berbagai efek bahan pada hasil kesehatan," kata Wilson, yang berspesialisasi dalam penilaian risiko mikroba kuantitatif.

Wilson dan timnya mengumpulkan data dari berbagai penelitian tentang efektivitas masker dan menciptakan model komputer untuk mensimulasikan risiko infeksi, dengan mempertimbangkan berbagai faktor. “Salah satu komponen besar risiko adalah berapa lama Anda (di lingkungan) terpapar. Kami membandingkan risiko infeksi pada 30 detik dan 20 menit di lingkungan yang sangat terkontaminasi," katanya.

Kondisi lain yang berdampak pada risiko infeksi adalah jumlah orang di sekitar Anda dan jarak mereka dari Anda. Ukuran tetesan (droplet) pengangkut virus dari bersin, batuk atau bahkan bicara juga merupakan faktor yang sangat penting. Tetesan yang lebih besar dan lebih berat membawa virus keluar dari udara lebih cepat daripada tetesan yang lebih kecil dan lebih ringan. Itulah salah satu alasan jarak membantu mengurangi paparan.

"Ukuran aerosol juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban," kata Wilson. “Jika udaranya lebih kering, maka aerosol menjadi lebih cepat lebih kecil. Jika kelembaban lebih tinggi, maka aerosol akan tetap lebih besar untuk periode waktu yang lebih lama."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Itu mungkin terdengar bagus pada awalnya, tapi kemudian aerosol itu jatuh di permukaan, dan objek itu menjadi rute paparan potensial lainnya.”

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan seseorang dalam lingkungan di mana virus hadir, masker menjadi kurang efektif.

"Itu tidak berarti melepaskan masker Anda setelah 20 menit," kata Wilson, "tetapi itu berarti bahwa masker tidak dapat mengurangi risiko Anda menjadi nol.

"Jangan pergi ke bar selama empat jam dan berpikir Anda berisiko nol karena Anda mengenakan masker. Tetap di rumah sebanyak mungkin, sering-seringlah mencuci tangan, memakai masker saat Anda keluar dan jangan menyentuh wajah Anda."

Masker melindungi pemakainya dan orang lain dalam sejumlah cara berbeda. Wilson mengatakan ada dua 'cara intuitif' masker menyaring aerosol: intersepsi mekanik dan impaksi inersia.

“Semakin padat serat suatu material, semakin baik saringannya. Itu sebabnya jumlah utas yang lebih tinggi mengarah pada kemanjuran yang lebih tinggi," katanya.

"Tetapi beberapa masker (seperti yang terbuat dari sutra) juga memiliki sifat elektrostatik, yang dapat menarik partikel yang lebih kecil dan mencegah mereka melewati masker juga."

Model yang dikembangkan oleh Wilson dan rekan-rekannya termasuk parameter seperti tingkat inhalasi--volume udara yang dihirup dari waktu ke waktu--dan konsentrasi virus di udara. "Kami mengambil banyak data penelitian, memasukkannya ke dalam model matematika dan menghubungkan titik-titik data itu satu sama lain," kata Wilson.

Wilson juga mengatakan penting bagi masker untuk memiliki segel yang baik yang menjepit di hidung, dan dia mencatat bahwa orang tidak boleh memakai masker di bawah hidung atau menyelipkannya di bawah dagu ketika tidak digunakan. "Penggunaan masker yang tepat sangat penting," kata Wilson.

“Selain itu, kami fokus pada masker yang melindungi pemakainya, tetapi mereka paling penting untuk melindungi orang lain di sekitar Anda jika Anda terinfeksi. Jika Anda menempatkan lebih sedikit virus di udara, Anda menciptakan lingkungan yang kurang terkontaminasi di sekitar Anda."

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

3 jam lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

9 jam lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

11 jam lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

4 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

7 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.


7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

8 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.


Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

15 hari lalu

Menu sambal goreng hati sapi. shutterstock.com
Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

Hati ayam dalam sambal goreng kentang ati, makan khas ketika lebaran, ternyata memiliki manfaat kesehatan. Apa saja?


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

16 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Bawa Balita saat Mudik? Perhatian Tips Ini Demi Kesehatannya

17 hari lalu

Ilustrasi balita mudik. shutterstock.com
Bawa Balita saat Mudik? Perhatian Tips Ini Demi Kesehatannya

Pakar kesehatan mengingatkan orang tua untuk memperhatikan daya tahan tubuh balita saat mudik mengingat kondisi cuaca yang sedang tak baik.


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

17 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).