TEMPO.CO, Jakarta - Autoimun adalah penyakit yang terjadi saat sistem kekebalan tubuh pasien menyerang sel-sel sehat mereka sendiri. Tidak hanya orang dewasa saja, namun anak-anak pun rentan mengalami masalah kesehatan ini. Jika tidak segera diobati, autoimun pun bisa merenggut nyawa. Tentunya sebagai orang tua, Anda tak ingin anak mengalaminya, bukan? Untuk itu, memahami penyebab, gejala dan cara mengatasi autoimun pada anak perlu dilakukan.
Dimulai dari penyebab, Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Anak & Bunda Harapan Kita, Nurul Iman Nilam Sari mengatakan bahwa beberapa pemicu autoimun pada anak adalah genetik dan gaya hidup. Dari segi genetik, orang tua yang memiliki riwayat autoimun sangat rentan menurunkan penyakit pada anak. “Gender juga berpengaruh. Berdasarkan berbagai penelitian, perempuan memiliki kemungkinan terjangkit autoimun tiga kali lipat dibandingkan pria. Umur juga menentukan, dimana mereka yang berusia 15-45 tahun berisiko lebih besar karena pengaruh hormonal,” katanya dalam IGTV bersama @radiokesehatan pada 22 Juli 2020.
Sementara itu, dominasi gaya hidup juga mempengaruhi seseorang untuk terjangkit autoimun. “Misalnya suka merokok, mengkonsumsi alkohol serta makan makanan tidak bergizi seperti yang berpengawet, berpewarna dan berperasa itu juga sangat berisiko,” katanya.
Lalu, apa saja gejala autoimun yang harus diwaspadai agar anak segera mendapat pertolongan? Nurul menjelaskan bahwa ini meliputi demam lama, rambut rontok, sariawan dan pegal atau nyeri. “Kalau demam itu bisa 3-4 minggu. Untuk rambut rontok, umumnya sampai 100 helai per hari. Sariawan sendiri, secara spesifik terjadi pada rongga mulut dan tidak menimbulkan rasa sakit. Sedangkan nyeri terjadi pada persendian dan paru-paru atau jantung,” katanya.
Jika gejala-gejala ini sudah dialami, maka Nurul mengimbau agar orang tua langsung membawa anak untuk berobat. Umumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
“Ketika dokter sudah memberikan diagnosis pasti, nanti akan diberi obat yang umumnya berupa antiradang atau antiinflamasi. Obat tersebut juga bisa menjaga agar autoimun remisi atau stabil sehingga gejala tidak muncul kembali,” katanya.
Namun, tetap diperlukan kerja sama antara dokter dan pasien. Nurul mengatakan bahwa selain obat-obatan dari dokter, pasien juga harus menjaga kesehatannya sendiri dengan berbagai modifikasi gaya hidup. “Konsumsi obat itu pasti. Kemudian, jangan lupa makan makanan bergizi yang tinggi lemak, karbohidrat, dan protein. Olahraga juga penting dan dianjurkan 3-5 kali per minggu dengan durasi 30 menit. Usahakan tidak berat dan menyebabkan kelelahan seperti stretching, yoga, pilates, jalan kaki, dan bersepeda,” katanya.