TEMPO.CO, Jakarta - Ada banyak pria yang sulit membicarakan tentang perasaan atau hal-hal emosional yang dialami di hidupnya, bahkan beberapa di antaranya lebih memilih untuk memendam sendiri hal tersebut dan tidak untuk dibuka kepada orang lain.
Pertanyaan yang seringkali muncul adalah mengapa begitu banyak dari pria yang tidak mau membuka diri secara emosional? Dilansir dari Bolde, Sabtu 25 Juli 2020 berikut ini adalah sejumlah alasan yang mungkin bisa menjadi jawaban dari pertanyaan tersebut.
Kebiasaan patriarki Dalam budaya patriarki yang banyak diimplementasikan – sadar atau tidak sadar – menuntut orang terutama laki-laki untuk tumbuh dewasa dan tidak boleh menunjukkan emosi, bahwa hal ini dapat membuat mereka terlihat lebih kuat dan maskulin.
Hal tersebut menuntut pria untuk menyembunyikan emosi. Jelas bahwa gagasan kuno ini seharusnya tidak diturunkan, tetapi itu merupakan suatu hal yang banyak terjadi hingga kini.
Pengalaman masa lalu yang buruk Kenangan bisa menjadi hal yang kuat. Jika seorang pria memiliki pengalaman buruk membiarkan seseorang masuk sebelum dia bertemu dengan orang lain, itu bisa membuatnya lebih sulit untuk membuka diri lagi.
Mungkin saja, pengalaman masa lalunya bisa menjadikan emosinya sebagai buku yang tertutup rapat. Pria barangkali terlihat lebih tegar menghadapi pengalaman yang tidak mengenakkan, tapi banyak dari mereka yang juga tak bisa dengan mudah membiarkannya lewat begitu saja.
Takut akan penolakan Bagaimana jika pria mencoba terbuka secara emosional terhadap orang lain, tetapi orang itu tidak menyukai apa yang dikatakannya? Ini bisa menjadi salah satu ketakutan bagi sebagian pria untuk mulai membuka dirinya kepada orang lain.
Pria cenderung melihat proses tersebut sebagai tindakan yang berisiko. Pria tidak selalu yakin apa yang akan dikatakannya dan bagaimana kiranya orang akan bereaksi. Bisa jadi mereka justru menjadi tidak disukai, dan itu adalah ketakutan yang normal.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan
Takut dihakimi Pria dan wanita pada dasarnya peduli dengan apa yang dipikirkan orang tentangnya. Oleh sebab itu, kegiatan membuka diri secara emosional dan membagikan hal-hal yang sangat pribadi memunculkan kekhawatiran akan dihakimi, karenanya mereka lebih memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.
Tidak bersama orang yang tepat Seperti yang telah dibahas, pria perlu mempercayai seseorang untuk membuka diri mereka seutuhnya. Orang tidak akan melakukannya dengan sembarang orang, perlu tingkat kenyamanan berbicara dan bahkan tempat yang dipilih.
Lebih suka membiarkan tindakan yang berbicara Ungkapan bahwa tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata, barangkali menggambarkan alasan yang tepat tentang hal ini. Banyak pria yang cenderung memilih jalur tersebut. Mereka mungkin tidak membuka diri dengan kata-kata, tetapi coba melakukannya dengan tindakan.
Tindakan juga merupakan upaya yang lebih mudah bagi pria untuk mengeluarkan perasaan, daripada melalui cerita. Ini menjadi solusi yang dinilai pas, kendati pilihan untuk bercerita juga perlu dilakukan kepada orang lain yang tepat.
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.
Video Pilihan
Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi
4 jam lalu
Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi
Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog
5 jam lalu
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog
Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.
Murah Senyum Vs Maskulin, Ternyata Wanita Lebih Tertarik pada Pria Tipe Ini
22 jam lalu
Murah Senyum Vs Maskulin, Ternyata Wanita Lebih Tertarik pada Pria Tipe Ini
Tim peneliti dari Portugal menemukan wanita lebih suka pria yang murah senyum dibanding yang maskulin. Ini alasannya.
Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum
1 hari lalu
Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum
Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang
7 hari lalu
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang
Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.
Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah
9 hari lalu
Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah
Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.
Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis
18 hari lalu
Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis
Perempuan disebut lebih rentan terserang burnout. Psikoterapis membagi tips untuk meredakannya.
4 Dampak Buruk Kecanduan pada Kognitif Anak
30 hari lalu
4 Dampak Buruk Kecanduan pada Kognitif Anak
Kecanduan game atau media sosial sangat buruk terhadap kemampuan kognitif anak. Berikut empat dampak jeleknya.