TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah menciptakan berbagai tren terkait hobi dan kebiasaan baru di antara masyarakat. Hal tersebut pun muncul seiring dengan banyaknya waktu luang dan keterbatasan kegiatan di luar rumah.
1. Berkebun
Seperti dilansir dari situs Bisnis.com, salah satu kegiatan yang banyak dilakukan masyarakat adalah berkebun. Tak jarang, orang-orang mulai membeli bibit tanaman hias, herbal bahkan buah-buahan. Bahkan berdasarkan wawancara bersama dengan beberapa penjual tanaman, peningkatan pembelian produk perkebunan itu meningkat hingga 50 persen.
Selain manfaat dari buah yang bisa langsung dinikmati, berkebun pun memiliki segudang keuntungan bagi kesehatan tubuh. Kegiatan ini juga bisa meningkatkan koordinasi dan kekuatan tangan, mengasah daya ingat dan otak secara keseluruhan, hingga bisa melepas hormon bahagia yang baik dalam meredakan stres serta masalah psikis lainnya.
2. Bersepeda
Selain berkebun, tak jarang masyarakat juga terlihat gemar bersepeda. Berdasarkan keterangan dari Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo), Eko Wibowo, penjualan dalam setahun umumnya hanya meningkat sesuai Lebaran dan libur sekolah dan berkisar 2- 2,5 kali lipat dari periode reguler.
Sejak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tepatnya pada April hingga Juli 2020, peningkatan penjualan sepeda berkisar empat kali lipat. “Pembelian sepeda umumnya dilakukan untuk tujuan olahraga bagi kalangan remaja dan orang dewasa, serta (leisure) hiburan bagi anak-anak,” katanya kepada Tempo, Selasa 30 Juni 2020.
3. Memasak
Tren hobi selanjutnya adalah memasak. Menurut studi Nielsen Connect yang bertajuk 'Covid-19 Where Consumers Are Heading?', ditemukan bahwa mayoritas masyarakat di Asia termasuk Indonesia selama pandemi ini lebih memilih mengkonsumsi makanan di rumah. Itu berarti, lebih banyak kebiasaan orang untuk memasak daripada makan di luar.
Memang, memasak di rumah membuat kita menjadi lebih sehat karena bahan yang digunakan sangat diketahui jelas. Lebih dari itu, memasak juga menghindarkan kita dari risiko terpapar virus yang mungkin dibawa oleh koki ataupun pelayan restoran. Berbagai manfaat lain untuk kesehatan fisik dan psikis seperti melatih konsentrasi dan daya ingat hingga meningkatkan kualitas hidup juga bisa didapat.
Menanggapi segala tren hobi baru yang muncul akibat pandemi Covid-19, psikolog Jovita Maria Ferliana pun mengatakan bahwa ini adalah hal yang wajar. Sebab pada dasarnya, manusia cenderung mengikuti lingkungannya. “Kalau dalam istilah psikologi itu konformitas atau kecenderungan ikut-ikutan,” katanya saat dihubungi Tempo.co pada 27 Juli 2020.
Namun, konformitas ini tidak sepenuhnya buruk. Karena setiap individu pasti akan bosan dengan aktivitas mereka yang sering kali terlalu monoton. “Kalau kita melakukan satu hobi yang sama terus, pasti akan muncul rasa bosan. Tapi dengan mengkombinasi lewat hal-hal baru yang ditemui, justru akan menambahkan kebahagiaan tersendiri dari sang pelaku,” katanya.
Psikolog Alfath Megawati atau yang akrab disapa Ega juga memberikan komentarnya. Menurutnya, pandemi seperti ini telah membatasi gerak sosial masyarakat. Padahal manusia mempunyai kebutuhan untuk menjalin relasi dengan orang lain. Menjalankan tren hobi merupakan modifikasi dari cara mereka memenuhi kebutuhan ini.
Hobi memberikan kita kesempatan untuk terkoneksi dengan orang lain. "Misalnya, memasak. Bagi kebanyakan orang, bukan hanya proses memasaknya yang menyenangkan, tapi ketika kita berhasil mencoba resep di situs tertentu atau bisa membagi resep yang kita punya kepada orang lain. Jadi, momentum terkoneksi dengan orang lain yang menjadi nilai tambah pada hobi-hobi ini. Sama halnya saat bersepeda yang biasanya dilakukan berkelompok. Ini memfasilitasi kita terkoneksi dengan orang lain,” katanya.