TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa ibu hamil berisiko terkena preeklampsia atau komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, namun yang penting diketahui adalah preeklampsia tidak sama dengan hipertensi.
Preeklampsia tidak memiliki gejala khusus, namun kebanyakan penderita preeklampsia memiliki ciri bertekanan darah tinggi dan terdapat protein pada urine. Preeklampsia biasanya dimulai setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita yang tekanan darahnya normal.
Dokter spesialis penyakit dalam, Rudy Kurniawan, mengatakan preeklampsia hanya bisa terjadi pada kondisi hamil. Dia juga menegaskan bahwa preeklampsia bukanlah penyakit hipertensi. "Kalau kita berbicara apakah hipertensi sama dengan preeklampsia? Tentu tidak, karena hipertensi adalah bagian dari preeklampsia. Dan kenapa bisa terjadi preeklampsia? Ada banyak faktornya," Rudy dalam Festival Komunitas Momcredible 2020: The Smart, Healthy and Dependable Moms’ pada 1 Agustus 2020.
Beberapa faktor penyebab preeklampsia di antaranya gangguan pada metabolisme saraf umum seperti obesitas, hormonal dan genetik. "Gangguan obesitas biasanya lebih tinggi berisiko mengalami preeklampsia, lalu ada hormonal. Saat hamil kan terjadi perubahan hormon pada tubuhnya maupun terjadi interaksi hormon dengan si janinnya," ujar dr Rudy.
"Ada beberapa kondisi tertentu yang meningkatkan risiko pre-eklampsia seperti kondisi genetiknya, kalau lebih parah lagi nanti jadi eklampsia," kata dr Rudy melanjutkan. Untuk mencegah kondisi preeklampsia, ada baiknya ibu hamil selalu menerapkan pola hidup sehat, menjaga asupan makanan dan selalu rutin memeriksakan kehamilan.