TEMPO.CO, Jakarta - Ada kabar semakin banyak istri menggugat cerai ke pengadilan agama di masa pandemi Covid-19 ini. Penyebabnya terutama suami yang terkena PHK, yang berdampak pada perekonomian keluarga sehingga menimbulkan konflik dan berujung gugatan perceraian dari pihak istri
Konsultan keluarga dan juga pemerhati sosial, M. Agus Syafii, mengatakan masalah perekonomian menjadi gangguan yang serius dalam kehidupan rumah tangga yang berimbas kepada istri yang tanggung jawabnya bertambah besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang melebihi batas kesanggupannya.
Terjadi konflik rumah tangga yang tak terselesaikan berlarut-larut dan beranggapan bahwa perceraian adalah sebuah solusi. Agus mengatakan perceraian bukan solusi terbaik dalam menghadapi masalah rumah tangga. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu konsultasi keluarga.
Dia menjelaskan cara menjaga rumah tangga yang pertama adalah saling memberi, memaklumi, dan memaafkan. Kalau suami istri di dalam benak atau pikiran adalah ingin saling memberi, maka keduanya tidak akan ada saling menuntut.
Konflik rumah tangga kerap terjadi ketika salah satu pasangan menuntut, tidak ada keinginan untuk saling memberi sehingga harus ditanamkan kepada masing-masing suami istri untuk mempunyai keinginan saling memberi.
Kedua, memaklumi. Ketika pasangan hidup bermasalah, melakukan kesalahan sengaja atau tidak, maka tugas yang lain adalah memaklumi. Kemudian, memaafkan. Apabila kesalahan seperti berbohong, mengkhianati, selingkuh yang dirasakan menyakitkan, maka maafkanlah pasangan. Ketiga resep itulah upaya untuk menjaga keutuhan rumah tangga.
Yang perlu dilkukan istri ketika suami kena PHK adalah mencari alternatif bersama suami untuk bisa mandiri dan menemukan solusi produktif dan bekerja bersama agar keluarga menjadi mandiri dan bantuan pemerintah Rp 600 ribu difokuskan juga pada istri dan akan bermanfaat kalau dipegang istri.
Selain ekonomi, terus di rumah juga memicu pertengkaran lebih sering. Selain faktor ekonomi, ketika suami di rumah tak ada kegiatan, suami akhirnya lebih berorientasi kepada istri sehingga merasa itu hiburan. Ketika lebih sering berdua akan lebih banyak bermasalah.
Banyak istri hamil dan tanggung jawab atau beban istri jadi lebih berat karena pekerjaan rumah seperti cuci gosok tertumpu pada istri. Ini yang menjadi masalah atau pemicu pertengkaran dalam rumah tangga di tengah pandemi.
Dia juga menyarankan pasangan untuk melakukan kosultasi sebelum menikah. Suami istri yang sedang hendak menikah memahami betul niat itu penting. Niat dan cara yang benar akan menghasilkan pernikahan yang benar. Pernikahan yang dilakukan penuh kesadaran, kematangan suami istri, bisa mengelola manajemen konflik di dalam rumah tangga.
Konsultasi juga saat terjadi masalah dengan menerapkan pola terapi konflik keluarga. Yang digunakan adalah “Dialogis Emansipatif” seperti yang ditawarkan Rumah Amalia .
“Jangan pernah lelah untuk merawat rumah tangga, berarti merawat kemanusiaan. Cara kita merawat pernikahan dengan kasih sayang, tanggung jawab, dan kesetiaan pada pasangan, hidup menghindarkan kita dari perceraian," ujarnya.