TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama meninggal dunia pada 9 September 2020 dalam usia 88 tahun. Sebelumnya, ia sempat dirawat selama hampir tiga pekan di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utama akibat gangguan multiorgan.
Terlepas dari kesedihan akan meninggalnya Jakob Oetama, kenangan manis banyak dimiliki para sahabat dan rekan kerjanya. Contohnya dari segi pekerjaan, alumni Fisipol Universitas Gadjah Mada itu dikenal sebagai orang yang sangat loyal memberikan hadiah sebagai bentuk penghargaan bagi karyawan.
Penggiat literasi Maman Suherman pun membagikan beberapa kisahnya. Tepat pada tahun 1991, Maman pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaktur salah satu anak perusahaan Kompas Gramedia, Tabloid Citra. Kala itu, ia mengaku dipilih lantaran neraca keuangan dari majalah tersebut minus.
Selang satu tahun, perubahan dan kenaikan pesat terjadi. “Kebetulan setiap enam bulan sekali, kita ada rapat dengan Jakob Oetama. Jadi kita menjelaskan memaparkan kinerja usaha kerja baik dari performa tampilan media dan dibacakan neraca keuangannya. Disitu saya dinilai positif,” katanya saat dihubungi Tempo.co pada 10 September 2020.
Jakob yang menghargai kerja keras Maman pun menawarkan hadiah. Bukan langsung dalam bentuk barang atau jasa, namun ditanyakan apa yang ia inginkan. “Waktu itu ada direktur saya, ibu Evie Fadjarie mengatakan bahwa saya suka naik haji. Saya pun memberanikan diri untuk menjawab naik haji juga. Ternyata disetujui,” katanya.
Tak hanya sampai di situ saja, Maman mengaku juga diberi uang saku bak perjalanan dinas. “Kalau kita ada pekerjaan di luar negeri, biasanya akan diberi uang jajan berupa dolar. Saya sebenarnya ibadah, bukan kerja tapi tetap diberi uang jajan. Ingat betul, ketika kembali ke Indonesia tahun 1992 itu, uangnya masih sisa 7,5 juta rupiah,” katanya.
Maman pun bukan orang pertama yang mendapatkan penghargaan spesial dari Jakob Oetama. Ia menjelaskan bahwa teman-teman yang lain juga mendapatkan hadiah atas kerja keras mereka. Contohnya, dibiayai untuk mengikuti pelatihan atau sesi-sesi jurnalisme selama tiga hingga enam bulan.
“Banyak karyawan yang diapresiasi atas prestasi mereka. Yang paling umum itu lewat kelas jurnalisme. Karena pak Jakob itu suka sekali dengan pendidikan. Biasanya satu periode, bisa lima hingga enam karyawan dari divisi yang berbeda-beda dibiayai untuk ikut pelatihan menulis,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA