TEMPO.CO, Jakarta - Demensia adalah salah satu masalah kesehatan yang tak boleh disepelekan. Demensia merupakan sindrom gangguan penurunan fungsi otak yang mempengaruhi fungsi kognitif, emosi dan perilaku aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2019, lebih dari 50 juta orang di dunia mengalami demensia. Di Indonesia sendiri, data Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 mengungkapkan bahwa penderita demensia mencapai satu juta orang.
Berbicara mengenai gejala umum demensia, berbagai studi menyebutkan bahwa ciri utamanya adalah pikun atau mudah lupa. Sayangnya, banyak orang menyepelekan kebiasaan tersebut padahal bisa saja itu adalah menjurus pada penyakit degeneratif yang lebih berat.
Pertanyaannya, bisakah kita membedakan lupa biasa dengan lupa yang menjurus ke demensia sehingga dapat segera mendapat pertolongan? Dokter Spesialis Saraf Pukovisa Prawiroharjo mengatakan masyarakat sangat bisa menganalisa hal tersebut.
Pertama, cara yang ampuh dalam mendeteksi lupa biasa dan lupa akibat demensia bisa dilihat lewat frekuensi lupa. “Coba diingat-ingat, lupa yang kita alami itu sering terjadi atau tidak? Misalnya ada peningkatan lupa setiap bukan, itu ada kemungkinan demensia,” katanya dalam webinar #ObatiPikun pada 14 September 2020.
Selain frekuensi lupa, pria yang akrab disapa Visa itu juga meminta masyarakat untuk mengidentifikasi dampak dari lupa. Contohnya, seseorang mungkin telah memiliki janji dengan teman, namun lupa sehingga tidak datang. Contoh lain, sedang masak lalu lupa hingga makanannya gosong.
“Kalau dampaknya itu mengarah ke hal-hal yang merugikan untuk diri sendiri maupun orang lain, artinya itu tidak normal. Bukan lagi lupa yang bisa kita sepelekan,” kata pria yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu.
Selanjutnya, usia juga bisa menjadi patokan. Menurut Visa, demensia umumnya dialami oleh orang-orang usia lanjut alias di atas 65 tahun. “Berarti kalau masih muda dan suka lupa, itu bukan demensia tapi mungkin penurunan kognitif biasa yang bisa diperbaiki. Sebaliknya kalau sudah lansia, itu kemungkinan besar demensia,” katanya.
Jika ketiga tanda lupa yang disebutkan tadi sudah dirasakan, Visa pun mengimbau agar setiap orang segera memeriksakan dirinya ke dokter. “Harus segera dibawa ke dokter supaya tidak terlambat, demensianya lebih parah misalnya demensia alzheimer. Karena kalau semakin parah, akan sangat mengganggu kualitas hidup pasien dan menyulitkan pegasuhnya,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA