TEMPO.CO, Jakarta - Cukup asupan vitamin D dapat membantu mencegah atau memerangi virus corona, meskipun belum diketahui apakah hasilnya meyakinkan atau mengapa demikian. Begitu hasil sebuah penelitian.
Dikenal sebagai vitamin sinar matahari, vitamin D dikenal dengan fungsi meningkatkan kekebalan, terutama saat kulit terkena sinar ultraviolet B matahari, bisa juga didapat dari sumber lain, seperti telur, hati, dan ikan berminyak. Setidaknya satu penelitian di luar negeri telah mengaitkan kekurangan vitamin D dengan risiko Covid-19 yang lebih tinggi.
Diterbitkan dalam jurnal medis JAMA Network Open pada 3 September 2020, penelitian tersebut mengamati 489 pasien dari sistem kesehatan Universitas Chicago. Sekitar sepertiga di antaranya mengalami kekurangan vitamin D.
Pasien dengan kekurangan vitamin D dan yang tidak diberi pengobatan memiliki kemungkinan 1,77 kali lebih tinggi dites positif untuk Covid-19 daripada yang tidak. Studi tersebut juga mencatat penelitian lain menemukan Covid-19 kurang lazim pada kelompok yang memiliki tingkat kekurangan vitamin D.
Lockdown dan tindakan lain untuk mengurangi penyebaran Covid-19 juga dapat mengurangi paparan sinar matahari, kata para peneliti dilansir dari Straits Times. Mereka menambahkan rendahnya biaya vitamin D dan keamanan umumnya mendukung argumen untuk suplementasi tingkat populasi, mungkin untuk menargetkan kelompok yang berisiko tinggi untuk kekurangan vitamin D dan/atau Covid-19.
Laporan serupa dibuat dalam jurnal medis The Lancet pada 3 Agustus 2020 oleh para peneliti dari Universitas Cambridge dan Universitas Queen Mary London. Mengutip beberapa penelitian lain tentang masalah ini, serta kemampuan vitamin D untuk melindungi dari infeksi saluran pernapasan akut lain, para peneliti menyerukan lebih banyak percobaan untuk menyelidiki apakah vitamin tersebut dapat membantu mengurangi keparahan Covid-19. Mereka juga menyarankan peningkatan upaya untuk memastikan masyarakat mendapatkan cukup vitamin D.
"Ada kemungkinan upaya semacam itu mungkin juga mengurangi dampak Covid-19 pada populasi di mana kekurangan vitamin D lazim," tulis mereka.
Dr. Ben Ng, ahli endokrinologi dari Klinik Spesialis Endokrinologi Arden di Pusat Spesialis Mount Elizabeth Novena Singapura, mengatakan data saat ini mungkin tampak mendukung peran vitamin D dalam menangani virus corona. Tetapi data klinis yang kuat diperlukan mengingat penyakit ini baru. Dia juga mencatat pandemi kemungkinan akan mengakibatkan orang-orang mengalami penurunan kadar vitamin D akibat berkurangnya aktivitas di luar ruangan.
"Mengingat hal itu akan bermanfaat bagi kesehatan muskuloskeletal dan dapat membantu menekan risiko Covid-19 secara keseluruhan, saya mendorong semua pasien yang mungkin berisiko kekurangan vitamin D untuk mempertimbangkan mengonsumsi pengganti vitamin D," katanya dan menambahkan dosis harian 400-1.000 unit sangat aman dan tidak membahayakan.