TEMPO.CO, Jakarta - Pasien kanker, terutama di tahun pertama, umumnya mengalami masa sulit menerima penyakitnya. Ada juga yang depresi dan dikhawatirkan tak menjalani pengobatan sesuai jadwal.
Di sini, pasangan bagi pasien yang sudah menikah, lalu keluarga atau orang di sekitar pasien bisa berperan sebagai caregiver. Pasien kanker tak hanya membutuhkan pengobatan tetapi juga dukungan keluarga, termasuk pasangan dan orang-orang di sekitar, untuk membantu mengatasi tekanan psikologis pasien dan membantu meningkatkan kualitas hidup.
"Dengan stres berkurang, darah tidak asam, nyeri berkurang, faktor psikologis berperan," ujar dokter spesialis penyakit dalam haematologi dan onkologi medik di FKUI-RSCM, DR. dr. Cosphiadi Irawan, dalam Webinar Caregiving Kanker Payudara, Rabu, 30 September 2020.
"Di tahun pertama krisisnya sangat dominan. Apakah pasien bisa mampu melawati atau malah masuk ke kondisi yang depresif. Itulah pentingnya keluarga, suami, anak, atau siapa saja yang tergerak hatinya membantu pasien kanker," kata Cosphiadi.
Dalam kesempatan itu, Ketua Makasar Cancer Care Community (MCCC) yang juga penyintas kanker payudara, Nurlina Subair, mengatakan pasangan yang utama harus memahami kondisi pasien. Di sisi lain, dokter, relawan, misalnya yang tergabung dalam komunitas sosial, bahkan psikolog dan rohaniwan bisa membantu dari sisi psikologis dan spiritual agar pasien menerima secara positif keadaanya. Dia menyayangkan rekan-rekan seperjuangannya yang akhirnya meninggal dunia tanpa mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitar.
"Di rumah sakit, tidak ada supporting club untuk pasien. Banyak teman-teman seperjuangan yang meninggal," kata Nurlina.
Menurut Cosphiadi, seorang pemberi perawatan juga bisa membantu memberikan pemahaman yang mungkin sulit dikomunikasikan dokter, mulai dari definisi kesembuhan kanker atau remisi lengkap, yakni ditandai gejala klinis yang berkurang, tumor tak ada lagi, dan hasil lab normal.
Lalu, pemberian penjelasan menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien mengenai pengobatan yang harus dijalani, mendampinginya, hingga memotivasinya untuk mengatasi efek samping pengobatan.
"Pasien yang datang dalam kondisi mengalami penyebaran di organ-organ internal, misalnya sesak napas, ada cairan di paru, nyeri hebat, maka dia memerlukan kemoterapi. Tetapi, kalaupun ada penyebaran tetapi gejala tidak ada, kita bisa berikan terapi antihormonal. Kalau terjadi resistensi bisa diberikan kombinasi yang mempertinggi efikasi terapi.
"Pemahaman dalam kondisi ini diperlukan. Caregiver bisa memberikan semangat, mungkin sampai akhir hidup pasien. Pasien meninggal dalam kondisi tenang, didampingi orang-orang terkasih," kata Cosphiadi.