TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan pada 2013 mengestimasi sebanyak 39 persen penderita penyakit jantung di tanah air berusia kurang dari 44 tahun. Dari jumlah itu, sebanyak 22 persen di antaranya berusia 15–35 tahun, yang tergolong usia produktif.
Sementara itu, jumlah penderita jantung tertinggi ada pada kelompok usia 45–65 tahun dengan persentasenya sebanyak 41 persen. Lima tahun berikutnya, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan angka prevalensi penyakit jantung di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter mencapai 1,5 persen dari total penduduk. Setidaknya sebanyak 15 dari 1.000 orang atau sekitar 2,7 juta individu menderita penyakit jantung.
Pakar kesehatan mengingatkan penyakit seperti jantung koroner (PJK) bisa dicegah sejak dini melalui penerapan gaya hidup sehat, termasuk menjauhi rokok, rutin berolahraga, dan diet sehat. Olahraga yang disarankan berintensitas ringan hingga sedang selama 30 menit lima kali seminggu.
Sementara untuk diet sehat yakni bergizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh. Sebisa mungkin perbanyak makanan, semisal sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, lalu menghindari santapan mengandung lemak jenuh yang tinggi, daging olahan, dan makanan dengan gula tinggi.
Team Lead, Noncommunicable Diseases and Healthier Population, WHO Indonesia, Dr. Tara Kessaram, dalam siaran persnya juga menyarankan anak-anak muda mengkampanyekan gaya hidup sehat melalui kegiatan-kegiatan positif di lingkungan sekitar. Sementara itu, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito A. Damay menyarankan deteksi dini penyakit jantung melalui pemeriksaan medis.
Ada berbagai pemeriksaan yang bisa dilakukan, antara lain EKG atau alat rekam listrik jantung, foto X-ray dada atau rontgen.
“Biasanya orang baru akan menyadari kalau menderita penyakit jantung setelah mengalami serangan hebat. Untuk itu, salah satu cara utama untuk mencegah penyakit jantung selain menjaga pola hidup sehat adalah dengan deteksi awal melalui medical checkup”, katanya.
Terkait hal ini, Yayasan Jantung Indonesia (YJI) memandang pentingnya kolaborasi yang efektif antara masyarakat dan pemerintah untuk menekan prevalensi penyakit jantung, terutama pada usia produktif. Salah satunya melalui pemeriksaan kesehatan rutin.
"Program Yayasan Jantung Indonesia mengajak generasi milenial untuk menjadi agen-agen perubahan di bidang kesehatan jantung sehingga bisa menjadi smart influencer untuk lingkungan keluarganya, tempat kerja, tempat tinggal, atau sekolah, baik melalui media virtual maupun tradisional," kata Ketua Umum YJI, Esti Nurjadin.