TEMPO.CO, Jakarta - Mencurahkan isi hati atau curhat segala beban pikiran bisa menjadi langkah awal mencegah depresi berat akibat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. begitu pendapat spesialis kedokteran jiwa RSUD dr. Iskak Tulungagung, Predito Prihantoro, yang menekankan pentingnya komunikasi intensif dengan orang yang bisa dipercaya.
"Komunikasi intens bisa dilakukan dengan teman karib atau keluarga supaya permasalahan yang dihadapi tidak semakin berat yang bisa memicu depresi dan kecemasan," kata Predito.
Tips ini kerap, dan bahkan selalu disampaikannya setiap kali datang ke poli kejiwaan, menyangkut kendala psikiatri yang dialami selama beberapa bulan terakhir. Curhat kepada orang yang dipercaya bisa menjadi saluran agar beban pikiran yang membuat depresi, hidup merasa tertekan, bisa ditumpahkan.
"Curhat juga bisa menjadi media berbagi untuk mencari atau mendapat solusi atas permasalahan yang dihadapi," katanya.
Saat ini, pasien yang mengalami tekanan psikis akibat beban ekonomi ataupun kecemasan akibat wabah COVID-19 di tempatnya berpraktik cenderung meningkat. Setiap hari bisa 3-5 pasien datang berobat.
"Supaya tidak terkena dampak gangguan mental, maka seseorang seyogyanya mengubah pola pikir yang kurang tepat, cakap beradaptasi pada setiap situasi baru, tetap beraktivitas dan produktif," katanya.
Caranya adalah dengan jeli melihat peluang, peka terhadap perubahan, meningkatkan produktivitas, menstimulasi daya kreativitas pada rutinitas keseharian seseorang. Apalagi di era pandemi COVID-19 seperti sekarang, tidak sedikit orang yang mengalami risiko gangguan mental yang dipicu akibat kehilangan pekerjaan, berkurangnya pendapatan, terbatasnya aktivitas, keharusan menjalani kebiasaan baru, dan sebagainya.
"Saat ini hampir setiap orang mengalami penderitaan akibat pandemi ini. Jika orang tersebut belum siap menghadapi perubahan sosial yang mendadak maka berpotensi timbul depresi dan gangguan kecemasan yang mengancam gangguan mental bila tidak dikelola dengan baik," jelasnya.
Gangguan mental yang mungkin terjadi adalah gangguan penyesuaian, depresi, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan perilaku serta psikotik. Kondisi tersebut merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Pada era normal baru seperti sekarang ini, penting untuk selalu menciptakan suasana hati yang tenang, berpikir secara realistis, obyektif, rasional dan proporsional serta bertindak, dan berpikir yang sehat.