TEMPO.CO, Jakarta - Sektor pariwisata termasuk yang sangat terpukul dengan adanya pandemi Covid-19. Meski pandemi belum berlalu, sektor ini perlu dihidupkan lagi. Masyarakat diminta tak takut lagi berwisata asalkan disiplin protokol kesehatan, seperti selalu #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan rajin #cucitanganpakaisabun.
Sebagai penggemar wisata, epidemiolog Tifauzia Tyassuma mengaku kegiatan ini baik untuk meningkatkan kualitas fisik dan mental. Ia juga mengakui transmisi virus corona saat ini tak hanya dari medium tertentu tapi sudah bersifat individu. Siapapun bisa membawa virus dan menularkannya, termasuk kepada anggota keluarga sendiri.
"Risiko untuk keluar dan bepergian sama karena agen-agen pembawa virus sudah masuk rumah masing-masing," katanya dalam program Ngobrol Tempo "Saatnya Kembali Berwisata", Kamis malam, 15 Oktober 2020.
Ia mengingatkan agar pelaku wisata tak lupa 3M, yakni mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker. Pembatasan lokal atau lockdown pun sudah tak relevan karena transmisi sudah bersifat individu.
Sebagai solusi, ia setuju dengan program wisata virtual. Bisa juga dengan wisata yang bersifat individu atau solo traveling, tidak berkelompok, dan tetap menerapkan 3M. Selain itu, pemberi jasa wisata juga harus aktif mencari lokasi baru yang belum terdampak Covid-19.
"Sekarang waktunya mempromosikan daerah wisata baru yang masih belum terkena virus tapi jangan membawa virus ke sana. Wisatawan harus dites dulu, kalau perlu swab," jelas Tifa.
Ia juga mengingatkan area yang paling tidak aman adalah yang tertutup dan minim sinar matahari, termasuk pesawat terbang. Jadi, kalau bisa tempat menginap pun dipilih yang di udara terbuka, jangan pakai pendingin ruangan dan tertutup.
*Konten ini adalah kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan dengan #pakaimasker, #jagajarak, dan #cucitangan.