Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menjaga Agar Berat Badan Stabil Saat Pandemi, Awas Gula Tersembunyi

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi berat badan. Shutterstock
Ilustrasi berat badan. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Melonjaknya berat badan menjadi permasalahan yang harus dihadapi oleh banyak orang di tengah pandemi Covid-19. Keharusan untuk tetap berada di rumah ditambah lagi penutupan fasilitas olahraga setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan membuat banyak orang terjerumus ke gaya hidup tidak sehat.

Belum lagi kebiasaan ngemil yang makin menjadi-jadi lantaran dapat dilakukan dengan leluasa sembari bekerja atau belajar di rumah. Ditambah lagi hadirnya layanan pesan antar makanan lewat ojek daring yang mendukung kebiasaan tersebut.

Salah satu yang merasakannya adalah Aga Devega, berat badannya melonjak cepat semenjak pandemi merebak. Berat badannya ternyata mengalami kenaikan hampir 10 kilogram dalam kurun waktu kurang dari dua bulan.

Menyadari hal tersebut, perempuan yang bekerja di salah satu perusahaan teknologi finansial itu memutuskan untuk menjalani diet ketat. Kebiasaannya mencamil dia hentikan, porsi makanan berkarbohidrat dikurangi, menambah porsi buah dan sayuran, bahkan konsumsi makanan dan minuman manis dihentikan.

Selain itu, dia juga rutin mengonsumsi yoghurt dengan kadar gula rendah setiap pagi bersama dengan secangkir teh hijau. Tentunya juga dibarengi dengan menu makan rutinnya yang tak jauh-jauh dari kentang atau ubi ungu dipadukan dengan sayuran dan buah-buahan.

Selama lebih dari dua bulan berjibaku dengan menu hambar itu, berat badan Aga akhirnya turun lebih dari 10 kilogram. Tentunya perjuangan itu juga dibarengi dengan aktivitas olahraga Zumba.

Kini diet yang dilakukan Aga tak lagi seketat sebelumnya. Dia mulai makan menu makanan normal dengan porsi dikurangi dari sebelumnya. Camilannya diganti dengan buah-buahan tinggi kadar vitamin.

Makanan berminyak, bersantan, dan berkadar gula tinggi sebisa mungkin dia hindari. Tujuannya, sudah jelas agar berat badannya terjaga di angka ideal dan tubuhnya tetap fit dalam kondisi seperti saat ini.

Lantas, bagaimana sebenarnya pola makan yang tepat untuk menjaga berat badan ideal dan tentunya terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh pola konsumsi yang keliru?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Ahli gizi dari Ahli gizi dr. Tan & Remanlay Institute dr. Tan Shot Yen, untuk menjaga agar berat badan tetap ideal dan tidak mudah tertular penyakit caranya mudah saja. Cukup terapkan pola makan gizi seimbang dan batasi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih setiap harinya.

Gizi seimbang yang dimaksud adalah konsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan dengan porsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing, bergantung pada usia, aktivitas yang dilakukan, hingga kondisi fisiologis.

Adapun untuk konsumsi gula, garam, dan lemak bisa mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 30/2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji.

Jumlah gula yang boleh dikonsumsi setiap harinya tak boleh lebih dari 50 gram atau setara dengan empat sendok makan. Kemudian untuk garam dan lemak masing-masing setiap harinya maksimal dikonsumsi 5 gram (satu sendok teh) dan 67 gram (lima sendok makan)

Kemudian yang tak kalah penting adalah mengurangi konsumsi makanan olahan, terlebih yang menggunakan bahan baku gula rafinasi. “Rafinasi adalah produk yang awalnya bersumber dari alam, tetapi dengan rentetan proses akhirnya tiba di tangan konsumen sebagai barang yang beda banget dengan kebaikan aslinya.”

Makanan olahan dengan bahan baku gula rafinasi juga punya potensi membuat daya tahan tubuh melemah. Tentunya bukan hal yang baik, terlebih di tengah kondisi pandemi seperti saat ini.

Selain gula rafinasi, yang perlu diperhatikan adalah keberadaan gula tersembunyi pada makanan olahan. Keberadaannya seringkali tak disadari dan tak tertulis pada tabel informasi nilai gizi.

Gula tersembunyi ini biasanya diberi nama lain dengan akhiran -ol seperti (manitol, sorbitol, xylitol dll.), diimbuhi madu, dan terakhir adalah sirup jagung atau high fructose corn syrup.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bapanas Naikkan Harga Acuan Gula Jadi Rp 17.500 per Kilogram

1 hari lalu

Pekerja mengemas gula pasir berukuran 1 kilogram di pasar Kramat Jati, Jakarta, Selasa, 14 November 2023. Harga gula naik ke level tertinggi dalam sejarah. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengungkapkan harga gula saat ini telah tembus Rp 17.000 per kilogram (kg). TEMPO/Tony Hartawan
Bapanas Naikkan Harga Acuan Gula Jadi Rp 17.500 per Kilogram

Badan Pangan Nasional (Bapanas) merespons kenaikan harga gula di tingkat konsumen. Saat ini harga gula sudah jauh melampaui Harga Acuan Pemerintah (HAP) Rp 15.500 per kilogram. Karena itu, Bapanas menaikan HAP gula mulai 5 April 2024 menjadi Rp 17.500 per kilogram.


Inilah 5 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Diabetes

2 hari lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Inilah 5 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Diabetes

Berikut makanan yang sebaiknya Anda hindari jika Anda menderita diabetes.


Pentingnya Jaga Asupan Gula Anak di Libur Lebaran

4 hari lalu

Ilustrasi makanan manis (pixabay.com)
Pentingnya Jaga Asupan Gula Anak di Libur Lebaran

Dokter anak mengingatkan orang tua untuk mengawasi dan menjaga asupan gula anak saat libur Lebaran 2024.


Saran Ahli Gizi agar Berat Badan Kembali Ideal setelah Lebaran

5 hari lalu

Ilustrasi menimbang berat badan. Shutterstock
Saran Ahli Gizi agar Berat Badan Kembali Ideal setelah Lebaran

Diet sehat setelah banyak makan makanan bersantan saat Lebaran bisa diterapkan dengan pola makan bergizi seimbang agar berat badan ideal lagi.


7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

5 hari lalu

Ilustrasi makanan sehat. (Canva)
7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

Kebiasaan makan yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan anak. Simak 5 tips anak ajak pola makan sehat


6 Hidangan Lebaran yang Harus Dihandari Penderita Asam Urat

10 hari lalu

Hidangan/masakan lebaran. ANTARANEWS
6 Hidangan Lebaran yang Harus Dihandari Penderita Asam Urat

Enam makanan khas Lebaran ini justru dapat memperburuk kondisi asam urat.


Saran Pakar agar Berat Badan Tak Melonjak saat Lebaran

13 hari lalu

Ilustrasi Ketupat. shutterstock.com
Saran Pakar agar Berat Badan Tak Melonjak saat Lebaran

Berikut saran pakar kesehatan agar berat badan tidak melonjak selama perayaan Lebaran karena makan berlebihan.


Fatin Shidqia Mengaku Tidak Makan Daging Sapi, Ini Manfaatnya

13 hari lalu

Fatin Shidqia. Dok. Istimewa
Fatin Shidqia Mengaku Tidak Makan Daging Sapi, Ini Manfaatnya

Juara X Factor Fatin Shidqia mengaku tidak mengonsumsi daging sapi atau daging merah. Ternyata, kebiasaan ini punya banyak manfaat kesehatan.


Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

17 hari lalu

Direktur Utama BRI Sunarso pada Press Conference Pemaparan Kinerja Keuangan Kuartal IITahun 2022 pada Rabu, 27 Juli 2022.
Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

BRI tetap optimistis atas keputusan OJK untuk menghentikan stimulus restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.


BPS: Kunjungan Wisman Februari 2024 Naik 11,67 Persen, tapi Masih Lebih Rendah Dibandingkan Sebelum Pandemi

18 hari lalu

Sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) mengunjungi Pantai Batu Bolong di Badung, Bali, Rabu 3 Mei 2023. Sebanyak 370.832 orang wisman tercatat mengunjungi Pulau Bali pada bulan Maret 2023 atau meningkat 14,59 persen dibandingkan bulan sebelumnya dengan mayoritas wisatawan yang berasal dari Australia, India, dan Singapura. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
BPS: Kunjungan Wisman Februari 2024 Naik 11,67 Persen, tapi Masih Lebih Rendah Dibandingkan Sebelum Pandemi

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman pada Februari 2024.