TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Indonesia akan menghadapi cuti bersama 28 Oktober hingga 1 November 2020, mengapit libur peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 29 Oktober. Peningkatan pergerakan orang selama liburan berpotensi menyebabkan peningkatan penularan virus corona dan kondisi yang demikian terjadi pada libur panjang akhir Agustus 2020 karena masih banyak warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19, seperti #pakaimasker, selalu #jagajarakhindarikerumunan, dan rutin #cucitanganpakaisabun.
Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan perlunya antisipasi yang ketat untuk mencegah lonjakan pasien akibat virus corona jenis baru saat libur panjang atau cuti bersama.
Doni mengatakan saat terjadi lonjakan kasus pada September 2020 dilakukan intervensi yang melibatkan pemerintah pusat dan daerah, dibantu oleh seluruh komponen yang ada di provinsi, kabupaten/kota, TNI/Polri, relawan, dan juga tokoh-tokoh yang ada di daerah, khususnya tokoh agama dan juga tokoh masyarakat.
“Hal ini mendorong kasus di sejumlah provinsi mengalami penurunan. Beberapa di antaranya mengalami flat, walaupun ada 2-3 provinsi yang masih angkanya mengalami peningkatan,” katanya.
Oleh karena itu, ia menekankan kekhawatiran itu harus ditekan melalui antisipasi dan mengupayakan agar tidak terjadi penambahan kasus selama libur panjang dan cuti bersama.
“Dan kami juga melihat kasus aktif dalam beberapa minggu terakhir mengalami penurunan yang cukup signifikan,” katanya.
“Kerja sama antara pusat dan daerah didukung oleh seluruh komponen tentunya menjadi salah satu cara kerja kita yang paling efektif,” katanya.
Doni menyarankan agar masyarakat menghabiskan waktu liburannya dengan aman dan juga nyaman tanpa kerumunan.
“Artinya harus betul-betul mematuhi protokol kesehatan. Hari libur sebelumnya sejumlah lokasi wisata menjadi ramai,” kata Doni.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta warga menjalani pemeriksaan untuk memastikan tubuhnya tidak tertular COVID-19 jika hendak melakukan perjalanan keluar kota.
"Sehingga yakin bahwa dalam keadaan negatif COVID-19. Jangan sampai terjadi penularan bagi saudara-saudara, orang tua kita, dan lain-lain yang ada di daerah," katanya di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 19 Oktober 2020.
"Pengalaman kita sebelumnya, libur-libur terjadi mobilitas yang tinggi. Masyarakat bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dan pergerakan masyarakat ini bisa menimbulkan penularan," kata Tito.
*Konten ini merupakan kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan dengan #pakaimasker, #jagajarak, dan #cucitangan.