TEMPO.CO, Jakarta - Kecemasan berlebihan paling umum dialami masyarakat di masa pandemi Covid-19 ini, entah itu karena khawatir takut tertular atau cemas dengan kehidupan yang serba dibatasi, termasuk berkegiatan di luar rumah. Psikolog klinis Lusiana Bintang Siregar mengatakan kecemasan ini apabila tidak ditangani dan berlangsung lama bisa menimbulkan stres berat dan depresi. Dari beberapa kasus yang ditanganinya, ada yang merasa kehilangan harapan.
Komunikasi antara orang tua dan anak pun berkurang. Hal ini karena pada adaptasi kebiasaan baru yang dituntut serba online, orang tua dan anak sibuk dengan tugas masing-masing. Sementara itu, para remaja bingung mengenai tujuan hidup dan cemas jurusan dan kuliah di masa depan.
Lusiana menambahkan ada dua hal yang menjadi potensi masalah besar kesehatan mental saat pandemi Covid-19, antara lain cyber bullying, khususnya untuk anak dan remaja, kemudian munculnya trauma pada mantan pasien Covid-19.
"Untuk pasien yamg pernah Covid kalau dirasa masih sedih, marah, atau terbayang-bayang kondisi Covid dan takut menularkan, segera hubungi profesional supaya tidak berkelanjutan," ujarnya.
Dalam beberapa kondisi gangguan mental ini, mengelola kecemasan, depresi, stres, dan kehilangan harapan menjadi penting. Lusiana menyebut pertama dengan membatasi informasi yang masuk karena kecemasan berlebih banyak disebabkan pikiran-pikiran dan arus informasi yang deras namun tidak tepat.
Kedua adalah penerimaan diri. Menurutnya, kalau mengalami sesuatu keadaan krisis, kejengkelan, kemarahan, atau stres, terima kondisi itu.
"Tidak usah menyalahkan diri sendiri," imbuhnya.
Ketiga, jangan terlalu lama merenung atau bermuram diri. Segeralah menemukan titik mengapa timbul kecemasan dan memahami makna di balik setiap peristiwa. Hal ini bisa dilakukan dengan refleksi diri, berbagi dengan orang terdekat, bisa dengan menulis apa yang dipikirkan lalu memetakannya, bahkan dengan meditasi.
Keempat, lakukanlah kegiatan yang disenangi di rumah atau di sekitarnya. Kelima, tetaplah terhubung dan berkomunikasi. Ini sangat penting sehingga tidak mudah untuk menarik diri dan merasa gagal.
Keenam, lakukan gerakan-gerakan fisik. Hal ini membantu menyeimbangkan kondisi fisik.
"Jika kondisi fisik baik akan lebih mudah menjaga kesehatan mental," tambahnya.
Ketujuh jangan ragu meminta bantuan profesional, terutama untuk mengembangkan harapan-harapan. Kedelapan, jaga harapan dengan ibadah dan kepercayaan masing-masing.
*Artikel ini merupakan kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.