TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak dan mampu mengenal potensi atau bakat mereka. Hanya saja, orang tua pula yang rentan menyusupkan obsesi pribadi kepada buah hatinya.
Misalkan orang tua seorang dokter, maka dia ingin anaknya turut berprofesi sebagai dokter. Demi obsesi pribadi itu, orang tua mengenalkan beragam jenis mainan dokter-dokteran dan menyampaikan segala pengetahuan tentang pekerjaan seorang dokter.
Psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengingatkan agar orang tua membebaskan anak dalam mengembangkan potensinya. "Mencari minat bakat anak adalah proses yang panjang," kata Vera pada Kamis, 5 November 2020.
Vera Itabiliana menyampaikan sejumlah rambu bagi orang tua dalam proses menemukan bakat anak, di antaranya adalah berhati-hati dalam menentukan bakat anak agar tak terjebak pada obsesi pribadi. "Orang tua jangan rancu dengan obsesi pribadi. Misalkan ayah dan ibunya suka bola, lalu kita tentukan anaknya agar juga suka main sepak bola," kata Vera.
Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Prostoleh
Lantas bagaimana mengidentifikasi bakat anak? Vera menjelaskan, langkah pertama adalah dengan mengamati minat anak-anak. "Sembari orang tua memperluas wawasan, jangan sampai kalau anak punya minat pada sesuatu sudah kita matikan duluan karena kurang wawasan," kata Vera. "Orang tua harus berpikiran terbuka."
Vera Itabilina juga mewanti-wanti agar orang tua tidak terburu-buru menentukan bakat anak. Musababnya, anak suka mencoba berbagai hal dan masih dalam fase eksplorasi. "Perhatikan seberapa konsisten anak menyukai sesuatu," ucap dia.
Konsistensi anak atas aktivitas tertentu bisa terlihat saat berusia tiga tahun. Kalau anak masih konsisten menyukai kegiatan itu hingga berusia lima, enam atau tujuh tahun, maka orang tua dapat mengarahkan dan mendukung bakat tersebut. Satu lagi yang penting saat anak sudah menemukan minatnya adalah, orang tua tidak memberi beban kepada anak-anak dengan ekspektasi yang berlebihan.