TEMPO.CO, Jakarta - Menurut data dari Kementerian Agama (Kemenag), ada puluhan pesantren yang terpapar Covid-19 dan ribuan santri yang positif. Konsep pondokan atau sekolah berasrama yang diterapkan pesantren cukup berisiko terjadi penularan karena para santri berbagi ruang makan, belajar, tidur, dan lainnya.
Lalu, bagaimana penerapan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak di pesantren? Sugeng Ibrahim, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Soegijapranata dan Anggota Gerakan Pakai Masker, mengatakan salah satu cara untuk melawan pandemi virus adalah dengan memutus penularan Covid-19. Cara memutusnya adalah melakukan 3M tersebut.
Membiasakan hal ini ke masyarakat memang bukan hal mudah. Cara berikutnya adalah dengan vaksinasi. Tapi yang utama adalah dengan memutus penularan.
“Kami di Gerakan Pakai Masker bersama NU juga telah melakukan kampanye ini ke pondok-pondok pesantren,” ujar Sugeng.
Ia menyarankan para santri yang menderita penyakit tertentu, seperti asma, TBC, atau penyakit paru lain tidak kembali bermukim di pesantren. Pengurus pesantren juga diimbau untuk karantina wilayah agar tidak ada orang yang keluar-masuk. Langkah tersebut dinilai ampuh melindungi santri dan kyai.
“Ancaman bahaya itu ada pada kiai yang di atas 59 tahun dan dengan komorbid,” jelasnya.
Sugeng menambahkan pengurus pesantren juga perlu memiliki guru khusus yang bertugas sebagai kepala kamar dan ketua kelas. Guru tersebut dapat menegakkan protokol kesehatan di pesantren, seperti menegur dan memberi sanksi bagi santri yang tidak #pakaimasker.
Sementara itu, Basnang Said, Kepala Subdit Pendidikan Pesantren Dit PD Pontren Kemenag menyampaikan kyai memiliki peranan besar dalam pencegahan penularan Covid-19 di pesantren. Hal-hal yang dilakukan para kyai akan menjadi teladan yang akan ditiru oleh para santri.
Ia mengatakan kyai dan ulama bisa menjadi pengawas sekaligus contoh bagi para santri dalam penerapan 3M. Ketika kyai mengajar dengan menggunakan masker, maka santri akhirnya juga akan ikut memakai masker.
“Maka ke depannya, bukan hanya pesan ibu 3M yang harus digaungkan tapi juga pesan kiai. Ketika kyai yang menyampaikan harus memakai masker, #jagajarak, dan #cucitangan maka semua akan patuh.
Sejalan dengan itu, Mazidatul Faizah, Satuan Tugas Covid-19 Yayasan Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, menambahkan Satgas Pondok Pesantren senantiasa ketat memantau munculnya klaster baru dengan memastikan kondisi kesehatan para santri sebelum kembali ke pondok pesantren.
Faizah menjelaskan santri harus menjalani tes kesehatan dulu sebelum kembali ke pesantren. Jika tidak memiliki gejala maka diperbolehkan kembali ke asrama. Selain itu, pondok pesantren juga harus menyediakan kamar isolasi dan kamar pemulihan di setiap gedung asrama.
“Digunakan untuk merawat kalau ada santri yang sakit agar tidak berbaur dengan yang lain,” ujar Faizah.
Basnang juga mengungkapkan berdasarkan data hingga 20 Oktober 2020, total kasus positif Covid-19 mencapai 2.332 di 39 pondok pesantren yang tersebar di 11 provinsi.
“Sebanyak 2.326 santri, 16 ustadz dan ustadzah terpapar Covid-19. Sekitar 90 persen merupakan orang tanpa gejala,” ungkapnya.
*Ini adalah artikel kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.