TEMPO.CO, Jakarta - Menemukan lahan kosong di ibu kota terdengar sulit. Apalagi bertani di kota metropolitan yang dipenuhi gedung-gedung tinggi.
Namun nyatanya, hal tersebut ada dan bisa dilakukan. Sulistyo Pambudi Utomo, warga kompleks Perumahan Duren Sawit, Jakarta Timur membuktikannya. Bermula dari kegemarannya, ia pun memanfaatkan lahan kosong di pinggiran kali BKT untuk bertani.
Awalnya, dia sejumlah warga lainnya melihat bantaran BKT sebagai lahan kosong yang mubazir. Dia pun menghadap pimpinan Kelurahan Duren Sawit untuk menanyakan kemungkinan memanfaatkan lahan itu.
"Waktu itu pihak kelurahan melalui Seksi Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) tidak melarang tetapi juga tidak menyuruh," kata Sulis, Sabtu, 7 November 2020.
Dia pun berkoordinasi dengan pihak terkait BKT, antara lain Dinas Sumber Daya Air dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Niatnya untuk memanfaatkan lahan di bantaran BKT terwujud setelah ada lampu hijau dari instansi terkait.
Hanya saja, tanaman yang dibudidaya harus berumur pendek. Itu diterjemahkan dengan menanam beragam tanaman berumur satu sampai tiga bulan.
Beragam tanaman pangan pun kini mulai tumbuh di sana. Ada singkong, pisang, hingga jagung tumbuh subur di sana. Begitu juga beragam sayuran, mulai dari kangkung, bayam, pepaya, kacang panjang, terong, daun katuk, hingga cabai. Juga jahe, kencur, dan lengkuas, bahkan bengkoang, tomat, labu parang dan sereh.
Dengan perawatan rutin, beragam jenis tanaman itu bisa tumbuh subur di bantaran BKT. Ketersediaan air sepanjang tahun, menjadikan bantaran kali menghasilkan aneka kebutuhan dapur sepanjang waktu.
Kini, Sulis yang merupakan pensiunan PNS tak menggarap lahan itu sendiri. Ia dibantu oleh sejumlah pekerja yang sebelumnya diberhentikan perusahaan akibat pandemi. Warga lain juga ikut menggarapnya.
Di antara mereka ada yang ingin bertani untuk berkegiatan mengisi hari-harinya selama pandemi COVID-19. Kesibukan bertani diyakini menyehatkan badan karena kegiatan bidang lain banyak terdampak pandemi.
"Daripada termenung dan merenungi corona yang entah sampai kapan. Terasa sekali enak di badan," kata petani lainnya.
"Ini seperti olahraga tetapi menghasilkan kebutuhan buat sehari-hari di rumah," kata yang lain.
Dengan upaya yang dilakukan Sulis dan warga setempat, bantaran BKT menjadi salah satu tempat yang cukup diminati untuk menghabiskan waktu pagi atau sore.