TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia Maret 2020 telah menelan banyak korban jiwa di Indonesia. Berdasarkan data Ikatan Dokter Indonesia (IDI), selama pandemi ada tiga kota yang mencatatkan kematian dokter tertinggi, yakni Medan, Surabaya, dan Jakarta Pusat, masing-masing sebanyak 24 orang, 21 orang, dan 19 orang.
Pandemi ini menimbulkan kondisi yang cukup menantang bagi dunia kesehatan, khususnya tenaga medis. Survei Tim Mitigasi IDI juga sempat melaporkan 85 persen dokter yang bertugas menangani Covid-19 mengalami gangguan psikologis. Tekanan psikologis itu timbul lantaran kelelahan hingga taruhan nyawa tertular Covid-19, yang selalu membayangi para dokter.
“Kondisi saat ini merupakan masa-masa sangat kritis dan ironis karena di saat sistem kesehatan hampir ambruk, pihak pemerintah dan sebagian masyarakat seolah menormalisasi kondisi wabah saat ini dengan membiarkan para nakes mengalami tekanan dan bahkan manambah risiko kematian mereka akibat wabah,” tulis akun instagram @pandemictalks.
Pemerintah juga semakin gencar mengajak masyarakat dalam menerapkan 3M, yakni mencuci tangan menggunakan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak. Kampanye 3M tersebut dilakukan untuk mencegah penularan virus corona di Indonesia. Para dokter di Indonesia juga mengharapkan masyarakat tetap sadar virus Corona masih ada.
Pemerintah juga mengimbau kepada masyarakat untuk berempati kepada para tenaga medis dengan terus menjalankan 3M serta mengawal untuk meningkatkan 3T (testing, tracing, treatment).
*Ini adalah artikel kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.